Arthur Laffer Beberkan Fakta Menarik di Balik Teori 'Kurva Laffer'

6 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom legendaris Amerika Serikat (AS) Arthur B. Laffer mengungkapkan kisah menarik dibalik penemuannya terhadap teori Kurva Laffer atau Laffer Curve.

Ia bilang, penamaan teori itu bukan berasal dari dirinya sendiri, melainkan hasil penamaan dari seorang wartawan The Wall Street Journal era 1978. Wartawan itu bernama Jude Wanniski dalam tulisannya berjudul "Taxes, Revenues, and the 'Laffer Curve".

"Itu dinamai oleh seorang reporter dari The Wall Street Journal, dan ia menamainya Laffer Curve," kata Laffer saat berbicara dalam acara CNBC Indonesia Economic Update 2025 di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (19/6/2025).

Teori Laffer Curve, yang pertama kali ia gambar di atas selembar serbet restoran, menyatakan bahwa tarif pajak yang terlalu tinggi justru dapat menurunkan penerimaan negara karena mendorong penghindaran pajak.

Prinsip ini menjadi fondasi dua kebijakan besar era Reagan: Economic Recovery Act 1981 dan Tax Reform Act 1986. Hasilnya, AS mencatat penciptaan 20 juta lapangan kerja baru, penurunan pengangguran dari 7,6% ke 5,5%, dan pertumbuhan Produk Nasional Bruto Riil sebesar 26%.

Namun, Laffer juga tidak menutup mata terhadap risiko. Eksperimen serupa di Kansas pada 2012-2013 justru berujung pada penurunan penerimaan dan pertumbuhan yang lesu. Ia mengingatkan bahwa reformasi harus berbasis data dan konteks.

"Kadang-kadang ketika Anda menaikkan tarif pajak, Anda mendapatkan lebih banyak pendapatan dan kadang-kadang ketika Anda menaikkan tarif pajak, Anda mendapatkan lebih sedikit pendapatan. Dan, Anda tahu, itu didorong oleh data," paparnya.


(arj/haa)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Video: Ekonom AS Dorong RI Perkuat Insentif dan Daya Saing

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |