Bos BlackRock Sebut Rajin Menabung Bikin Susah Saat Pensiun, Kenapa?

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Bayangkan menghabiskan puluhan tahun bekerja keras, menyisihkan uang, dan mengharapkan masa pensiun yang nyaman, hanya untuk terlambat menyadari bahwa menabung saja tidak cukup. Menurut CEO BlackRock, miliarder Larry Fink, inilah kenyataan yang dihadapi jutaan orang.

Mengutip Yahoo Finance, dalam surat tahunannya kepada pemegang saham yang diterbitkan pada Maret 2023, Fink menyebut situasi ini sebagai "krisis dalam senyap." Ia memperingatkan bahwa terlalu banyak orang yang menyimpan uang tunai alih-alih menginvestasikan, dan dalam prosesnya, mereka mempertaruhkan masa depan keuangan mereka.

"Di beberapa negara, orang-orang justru menabung secara berlebihan tetapi kurang berinvestasi," tulis Fink, dikutip dari Yahoo Finance, Selasa (12/8/2025).

"Jika mereka menyimpan uang di bank alih-alih berinvestasi di pasar, mereka tidak akan menghasilkan imbal hasil yang diperlukan untuk pensiun dengan bermartabat."

Maka demikian, masyarakat harus memikirkan bagaimana membuat uang "bekerja" ketimbang hanya parkir di tabungan.

Dengan inflasi, meningkatnya biaya perawatan kesehatan, dan harapan hidup yang lebih panjang, hanya mengandalkan rekening bank tidak akan cukup.

Fink menilai situasi "krisis dalam senyap" ini tidak banyak dihiraukan, tetapi perlahan-lahan akan terjadi pada jutaan orang. Ia merujuk pada isu global di mana populasi menua, angka kelahiran menurun, dan beban pensiun beralih dari pemerintah ke individu.

Beberapa penyebab yang membuat masa pensiun semakin sulit adalah, orang-orang kurang berinvestasi serta ketidakpastian ekonomi.

Fink menegaskan jika Anda tidak berinvestasi, Anda tertinggal. Ia menekankan bahwa berinvestasi bukan hanya tentang uang, melainkan tentang meyakini masa depan.

Ketika orang merasa aman secara finansial, mereka merasa penuh harapan. Ketika mereka khawatir tentang uang, mereka ragu untuk bertindak, sehingga mereka terjebak.

Realitanya, investasi membangun kekayaan seiring waktu. Reksa dana indeks S&P 500 secara historis memberikan imbal hasil sekitar 8-10% per tahun, jauh lebih tinggi daripada yang ditawarkan rekening tabungan.

Jika Anda menyimpan US$1.000 di bawah kasur 10 tahun yang lalu, nilainya akan turun karena inflasi. Jika Anda menginvestasikan US$1.000 yang sama dalam reksa dana indeks S&P 500, nilainya akan lebih dari US$3.000 saat ini.

Terlebih, teknologi telah membuat investasi lebih mudah dan murah dari sebelumnya. Jika pada masa lalu investor harus menghubungi broker, kini siapa pun yang memiliki ponsel pintar dapat membeli saham, ETF, atau reksa dana.

Saran Fink jelas: mulailah berinvestasi sekarang. Jika Anda menunggu terlalu lama, Anda akan kehilangan pertumbuhan majemuk, yang merupakan kunci keamanan finansial jangka panjang.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Lo Kheng Hong Buka-Bukaan Kebiasaan Warga RI yang Bikin Miskin

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |