Ekspansi Tambang Mineral Tanah Langka China Timbulkan Kerusakan dari Myanmar hingga Afrika

5 hours ago 2

loading...

Ekspansi tambang mineral tanah langka China timbulkan kerusakan lingkungan di Myanmar. Potret serupa juga terjadi di negara-negara Afrika. Foto/Global Witness

JAKARTA - Citra satelit menunjukkan perubahan drastis di wilayah Utara Tentara Negara Bagian Wa (United Wa State Army/UWSA) di Myanmar. Pada tahun 2015, hanya terdapat tiga lokasi penambangan rare earth (mineral tanah langka) di daerah Mong Bawk dekat perbatasan Shan State-China.

Namun hingga Februari 2025, jumlah tersebut meningkat menjadi 26 lokasi—kenaikan delapan kali lipat yang menandai percepatan ekstraksi mineral kritis oleh China di kawasan tersebut.

Mengutip dari PML Daily, Jumat (27/6/2025), operasi tambang ini menggunakan metode in situ leaching, yaitu teknik dengan cara memompa larutan kimia langsung ke lereng bukit untuk mengekstraksi unsur rare earth.

Bahan kimia tersebut melarutkan mineral, yang kemudian dialirkan ke kolam pemrosesan, di mana unsur-unsur bernilai ekonomis dipisahkan dengan tambahan bahan kimia lainnya. Metode ini meninggalkan kontaminasi lingkungan yang signifikan.

Baca Juga: China Diduga Berupaya Bungkam Kritik atas Kerusakan Lingkungan di Tibet

Letak tambang-tambang ini menyebabkan pencemaran air yang meluas. Salah satu fasilitas tambang hanya berjarak tiga kilometer di selatan kota Mong Bawk, tepat di samping aliran sungai Pai yang melewati lahan pertanian dan pemukiman warga.

Lokasi tambang-tambang tersebut membentang di dua wilayah aliran sungai besar—air mengalir ke barat menuju Sungai Kha yang bermuara ke Salween, atau ke timur menuju Sungai Lwe yang berakhir di Mekong di perbatasan Shan State-Laos.

Kontaminasi dari operasi ini mempengaruhi masyarakat di seluruh daerah aliran sungai tersebut. Bukti pencemaran ini terlihat jelas saat topan Yagi melanda pada September 2024.

Kota Mong Bawk mengalami banjir parah yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan ketinggian air mencapai sekitar satu meter dan diduga mengandung zat-zat berbahaya dari tambang. Air tersebut bertahan selama tiga hari. Warga setempat menyatakan mereka belum pernah melihat banjir seburuk ini sebelumnya dari pegunungan sekitarnya.

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |