Ekspor Tembus US$135,41 Miliar, Begini Peta Surplus-Kekuatan RI

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekspor Indonesia terus menunjukkan tren positif di paruh pertama tahun 2025 ini. Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyampaikan, kinerja ekspor nasional pada semester I-2025 tumbuh signifikan sebesar 7,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Ekspor kita semester I-2025 mengalami peningkatan sebesar 7,7%, yaitu sekarang menjadi US$135,41 miliar dari sebelumnya US$125,73 miliar," ungkap Budi dalam Konferensi Pers Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2025 di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (5/8/2025).

Peningkatan kinerja ekspor ini, lanjutnya, turut mendorong surplus neraca perdagangan Indonesia yang kini mencapai US$19,48 miliar, naik dari US$15,58 miliar pada semester I-2024.

"Surplus kita meningkat menjadi US$19,48 miliar dari tahun sebelumnya pada semester I-2024, US$15,58 miliar," imbuh dia.

Dari sisi negara tujuan, ekspor Indonesia masih didominasi oleh China, disusul oleh Amerika Serikat (AS), India, Jepang, dan Malaysia. Namun jika ditilik dari nilai surplus, justru Amerika Serikat menyumbang yang terbesar.

"Semester I-2025, yang paling tinggi adalah ke Amerika sebesar US$9,9 miliar, disusul India, Filipina, Malaysia, dan Vietnam," jelas Budi.

Secara kawasan, ASEAN menyumbang surplus perdagangan terbesar bagi Indonesia, yakni US$9,5 miliar. Disusul Uni Eropa sebesar US$3,7 miliar dan Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) senilai US$0,007 miliar. Budi pun berharap kerjasama dagang yang baru dirampungkan dengan Uni Ekonomi Eurasia dan Uni Eropa dapat mendongkrak capaian ekspor ke depan.

"Ini kalau kita lihat, kawasan EU dan EAEU kita baru selesai melakukan perundingan dagang. Mudah-mudahan ke depan ekspor kita bisa meningkat lebih besar, karena kesempatan atau pangsa pasarnya menjadi terbuka lebih luas," ujarnya.

Adapun struktur ekspor Indonesia hingga saat ini masih ditopang oleh sektor industri pengolahan sebesar 83,81%. Sementara sektor pertambangan menyumbang 13,55% dan pertanian 2,64%. Namun dari sisi pertumbuhan, sektor pertanian mencatat kenaikan paling tinggi.

"Kalau kita lihat pertumbuhannya, pertanian mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu 49,77%, disusul industri pengolahan 16,57%, dan pertambangan dan lainnya mengalami kontraksi sebesar 25,21%," ungkap Budi.

Bila dilihat per negara, ekspor Indonesia ke Swiss tercatat sebagai yang tertinggi. Kenaikannya didorong oleh implementasi perjanjian perdagangan dengan kawasan EFTA (European Free Trade Association).

"Yang terbesar adalah ke Swiss. Swiss ini bagian dari EFTA, perjanjian yang sudah kita lakukan. Kita meningkat sebesar 111,2%, kemudian disusul Arab Saudi, Thailand, Bangladesh, dan Singapura," paparnya.

Tak hanya itu, beberapa kawasan mencatat pertumbuhan ekspor yang sangat tinggi. "Kawasan dengan pertumbuhan ekspor tertinggi semester I-2025 adalah Asia Tengah sebesar 92%, Afrika Barat 57%, Afrika Timur 52%, Amerika Selatan 48%, dan Afrika Selatan 43%," rinci Budi.

Adapun produk-produk yang mengalami lonjakan ekspor tertinggi antara lain kakao olahan, kopi, teh, rempah-rempah, timah dan turunannya, aluminium, serta produk-produk kimia.

Lebih lanjut, Budi menegaskan bahwa pemerintah akan terus memperluas pasar ekspor lewat penyelesaian berbagai perjanjian dagang tahun ini. Beberapa di antaranya adalah Indonesia-EU CEPA, Indonesia-Kanada, Indonesia-Peru, EAEU, dan Indonesia-Tunisia.

"Sehingga pasar kita semakin besar untuk ekspor," pungkasnya.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Video: Pendorong Neraca Dagang RI Surplus USD 4,33 Miliar

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |