Fenomena 'Roh' Keluar dari Tubuh Belum Tentu Mistis, Ini Penjelasan Ilmiahnya

22 hours ago 3
Jakarta -

Pernahkah mendengar cerita tentang seseorang yang merasa kesadarannya terlepas dari raga, melihat tubuhnya sendiri dari kejauhan, seolah 'roh' keluar dari tubuh? Fenomena aneh ini dikenal sebagai Out-of-Body Experience(OBE), dan kini sebuah studi baru telah mengidentifikasi faktor-faktor umum yang dialami oleh orang-orang yang pernah mengalaminya.

Angka kejadian OBE ternyata cukup mengejutkan. Beberapa survei menunjukkan bahwa fenomena ini pernah dialami oleh antara 10 hingga 20 persen populasi. Pengalaman dan dampaknya pun bisa bervariasi dari satu individu ke individu lainnya.

"OBE bermanifestasi dalam beragam cara, dengan setiap individu menggambarkan sensasi dan keadaan unik di sekitar pengalaman tersebut. Faktor pemicunya beragam dan, dalam banyak kasus, sama sekali berlawanan satu sama lain," demikian dijelaskan dalam sebuah jurnal tentang topik ini dikutip dari IFL Science.

Fenomena 'roh' keluar tubuh ini bisa muncul dalam kondisi yang sangat tenang, seperti saat meditasi atau relaksasi mendalam. Namun, sebaliknya, OBE juga bisa terjadi dalam situasi stres ekstrem, ketika individu berada dalam bahaya fisik atau mengalami trauma psikologis.

Setelah pengalaman itu terpicu, sensasi berada di luar tubuh dapat disertai dengan berbagai emosi. Ada yang menggambarkan rasa damai yang mutlak, namun ada juga yang dipenuhi rasa takut, terutama dengan pikiran, 'Saya tidak akan bisa kembali ke tubuh saya'."

Setelah pengalaman yang seringkali traumatis ini, banyak orang menggambarkan perasaan seolah mereka berada di luar tubuh, dan kadang melihat ke bawah pada raga mereka sendiri.

Terkait kesehatan mental

Para peneliti di masa lalu telah berfokus pada penyebab pengalaman aneh ini. Beberapa menduga ada kaitannya dengan masalah di telinga bagian dalam. Studi lain bahkan berhasil memicu OBE dengan menstimulasi gyrus angularis kanan di otak, area yang bertanggung jawab mengintegrasikan informasi visual dan umpan balik dari anggota tubuh tentang posisinya, yang pada dasarnya menciptakan representasi tubuh dalam pikiran.

Dalam studi terbaru, tim yang dipimpin oleh Dr Marina Weiler, seorang ahli saraf dari Divisi Studi Perseptual Universitas Virginia, menyelidiki faktor-faktor umum yang dimiliki oleh orang-orang yang pernah mengalami OBE. Mereka merekrut 545 orang dewasa dari berbagai latar belakang, menanyakan apakah mereka pernah mengalami OBE, serta berbagai pertanyaan tentang kesehatan, kesehatan mental, riwayat hidup, dan riwayat psikiatri mereka.

Di antara mereka yang pernah mengalami OBE, 80 persen melaporkan satu hingga empat kali pengalaman, sementara 20 persen melaporkan lima kali atau lebih. Sebanyak 74 persen OBE digambarkan terjadi secara spontan, sementara 9 persen terjadi setelah penggunaan senyawa psikoaktif, 8,2 persen setelah meditasi atau visualisasi, dan 0,7 persen setelah hipnosis.

Ada faktor gangguan mental

Tim peneliti menemukan adanya faktor-faktor umum yang saling berkaitan. Mereka yang pernah mengalami OBE "menunjukkan tingkat gangguan mental umum yang lebih tinggi," termasuk depresi dan kecemasan. Kelompok yang mengalami OBE juga lebih rentan terhadap gejala disosiasi, dengan skor lebih tinggi pada Skala Pengalaman Disosiatif (DES-T).

"Dalam penelitian ini, kami menemukan bahwa individu yang pernah mengalami OBE cenderung melaporkan kesehatan mental yang lebih buruk dibandingkan mereka yang tidak. Namun, temuan kami juga menunjukkan bahwa OBE mungkin berfungsi sebagai mekanisme penanganan (coping mechanism) sebagai respons terhadap trauma masa lalu, daripada menjadi penyebab penyakit mental itu sendiri," jelas Dr. Weiler.

Studi ini membuka wawasan baru tentang kompleksitas fenomena OBE dan hubungannya dengan kondisi psikologis seseorang, menunjukkan bahwa 'roh' yang merasa keluar dari tubuh bisa jadi merupakan cara unik pikiran menghadapi trauma.

(kna/kna)


Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |