Konkret! Begini Cara Vale Berbisnis Tambang dan Tetap Jaga Lingkungan

7 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Vale Indonesia (Persero) Tbk (INCO) tetap berkomitmen untuk menjalankan bisnis pertambangan dengan tetap menjaga aspek lingkungan alam dan berkontribusi pada masyarakat sekitar.

Plt Presiden Direktur Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan, prinsip bisnis Vale bukan hanya berfokus pada operasional dan profit, melainkan meningkatkan kualitas kehidupan dan mengubah masa depan bersama.

"Jadi noble purpose dari PT Vale adalah bagaimana kami bisa beroperasi itu untuk improving life dan transform the future together," ucapnya kepada CNBC Indonesia di Sorowako, Sulawesi Selatan, dikutip Kamis (19/6/2025).

Ia menjelaskan, kunci dari bisnis tambang Vale adalah meningkatkan kualitas hidup. Dalam hal ini, kualitas hidup yang dimaksud bukan hanya berbicara tentang seputar produk tambang dan produk nikel, namun juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat di seluruh dunia, dan juga tentunya menjaga kualitas hidup masyarakat di sekitar area tambang.

"Nikel bisa dipakai untuk stainless steel, nikel dipakai untuk bahan bakar bateri listrik. Which is kalau kita lihat dua hal itu meningkatkan kualitas hidup dunia. Tapi jangan lupa juga ketika kita berusaha meningkatkan kualitas hidup dunia, jangan lupa dengan kualitas hidup masyarakat lingkungan di sekitar kita," jelasnya.

Menurutnya, kedua hal tersebut harus beriringan, disamping berkontribusi kepada negara dengan pembayaran pajak, pembayaran royalti, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), dan lainnya.

Ia mengaku, saat ini bisnis tambang tengah menjadi sorotan dan dikaitkan dengan perubahan iklim. Namun, Vale berupaya menepis anggapan miring dengan memperbaiki lahan pasca eksplorasi dengan kembali menanam pohon.

"Jadi ada beberapa elemen yang kami tegaskan, kami perhatikan, komitmen kami tidak pernah berubah. Contohnya misalkan dalam hal rehabilitasi lahan, kami sudah merehabilitasi lahan di dalam dan di luar konsesi hampir tiga kali lipat apa yang sudah kami buka selama 50 tahun lebih beroperasi," ungkapnya.

Selanjutnya, pihaknya juga menerapkan progresif reklamasi. Artinya, Vale telah berusaha meminimalkan footprint penambangan dan berusaha merehabilitasi secepat mungkin ketika menyelesaikan proses penambangan di satu fase.

Selain itu, terkait sorotan bisnis tambang yang merusak kualitas perairan juga ditepis oleh Vale. Vale berhasil membuktikan kualitas air di sekitar danau tetap terjaga.

"Pengoperasian di dekat tiga sistem danau, Danau Matano, Danau Toguti, Danau Mahalona, yang paling dekat mungkin Danau Matano, Danau Purba.Dan selama 50 tahun lebih beroperasi kualitas air Danau Matano itu luar biasa masih terjaga," sebutnya.

Ia menambahkan, Vale juga telah menjaga emisi karbon di dalam hilirisasi nikel dengan berbasis energi bersih.

"Karena kami mengoperasikan tiga PLTA, memproduksi 365 MW listrik, dan 100% proses smelting kami, proses smelting, proses peleburan itu menggunakan energi dari PLTA," jelasnya.

"Dan itu membuat pabrik kami di Surabaya itu menjadi pabrik RKF dengan karbon intensity terendah, karbon emisi intensity terendah di Indonesia," pungkasnya.

Ia menegaskan, pihaknya ingin mengurangi permasalahan dunia dalam hal krisis iklim dengan cara pendekatan yang tidak menciptakan krisis baru atau meminimalkan dampak.

"Dan bahkan kalau bisa kami berdampak lebih positif kepada lingkungan dan juga kepada masyarakat," tutupnya.

Audit Sosial dan Lingkungan

Bahkan, Vale kini berkomitmen untuk mengikuti bisnis pertambangan berstandar dunia, yakni melalui suka rela dilakukan audit sosial dan lingkungan melalui Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA).

"Bagi saya pribadi dan saya yakin juga buat perusahaan, sustainability atau keberlanjutan itu adalah behavior. Jadi bukan hanya apa yang tertera di atas kertas, tapi apa yang kemudian kami lakukan di lapangan," ucapnya.

Pria yang akrab disapa Anto itu mengatakan, dalam mengejar target standardisasi tambang dunia, selain transparansi laporan keberlanjutan lingkungan untuk mendapat kepercayaan publik dan mendapatkan rating ESG dengan skor 29,4, Vale juga suka rela mendapatkan sertifikasi IRMA 50.

"Itu adalah salah satu yang mungkin paling bagus di Indonesia. Kami setara dengan pemain global lainnya," ungkapnya.

Menurutnya, sertifikasi IRMA 50 menjadi salah satu standardisasi yang paling ketat dan sulit diperoleh. Hal itu dapat menjadi bukti bahwa perseroan berkomitmen dalam melaksanakan tanggung jawab lingkungan yang berkelanjutan.

"Kami berusaha mendapatkan sertifikasi IRMA 50. Jadi seperti mungkin banyak orang ketahui, IRMA 50 itu adalah salah satu sertifikasi yang paling strict, yang paling ketat, yang paling susah untuk kemudian didapatkan," tuturnya.

Anto ini menjelaskan lebih jauh, dalam proses audit IRMA 50 tersebut akan dibuka untuk umum agar diberikan masukan khusus terkait pemenuhan standar kadar tertentu.

"Kemudian ada masukan-masukan khusus apakah memang benar praktek-praktek di PT Vale itu memenuhi kadar-kadar tertentu atau bahkan melebihi beyond compliance, mereka akan merilis ke pabrik. Mereka membuka diri untuk di-challenge, kemudian akan ada proses, challenge-challenge atau masukan-masukan tersebut diklarifikasi, kemudian dicek lagi di lapangan apakah benar," jelasnya.

Selain itu, Vale Indonesia juga melibatkan komunitas lingkungan seperti NGO dan kelompok masyarakat untuk memastikan bahwa dalam praktiknya INCO memang terbukti melaksanakan bisnis berkelanjutan.

Sebagai informasi, Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA) atau Inisiatif untuk Jaminan Pertambangan yang Bertanggung Jawab merupakan lembaga independen yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan di sektor pertambangan global, baik dari sisi pelaku usaha, lembaga keuangan, komunitas masyarakat, organisasi non pemerintah, organisasi pekerja, serta konsumen dari produk pertambangan.

IRMA merupakan lembaga yang melakukan penilaian independen untuk pertambangan yang lebih bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. Saat ini sebanyak 101 perusahaan tambang di 36 negara telah terlibat dalam proses audit IRMA, berbasis praktik pertambangan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.

Standar penilaian IRMA terdiri dari empat pilar utama, yang terbagi dalam 26 bab dan didetailkan ke dalam lebih dari 400 indikator, termasuk hak asasi manusia, kualitas udara dan air, kesehatan dan keselamatan kerja, keamanan finansial, serta kontribusi dan investasi masyarakat.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Dunia Haus Nikel Cs, Butuh Rp 66.830 Kuadriliun Untuk Transisi Energi

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |