Orang Eropa Takut Cepat Mati, Ramai-Ramai Cari Obat Tradisional RI

7 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Jauh sebelum kedokteran modern berkembang, masyarakat mengobati kesakitan melalui obat-obat tradisional. Beruntung, Indonesia punya banyak sumber daya melimpah, khususnya berupa tanaman, yang dipakai untuk pengobatan.

Kondisi terbalik justru terjadi di Eropa. Akibat minim sumber daya, mereka harus mencari obat tradisional ke berbagai penjuru, khususnya ketika berhadapan dengan penyakit tropis di masa kolonialisme silam yang belum ada obatnya. 

Atas dasar ini, mereka yang berada di negeri koloni Tropis ramai-ramai berburu obat tradisional Indonesia agar terhindar dari maut. Perburuan obat tradisional Indonesia oleh orang Eropa tak terlepas dari tangan dingin seorang perempuan bernama Mevrouw Jans. 

Jans adalah seorang perempuan Belanda yang menetap di Semarang, Hindia Belanda. Dia tinggal di rumah megah kawasan elite bersama putri semata wayangnya, Tina. Suaminya dikenal sebagai pengusaha tembakau sukses di kota tersebut.

Namun, kehidupan mereka berubah drastis pada 1899. Tina, yang kala itu masih muda, tiba-tiba jatuh sakit. Dia mengeluh demam tinggi dan rasa sakit di sekujur tubuh. Seorang dokter Eropa mendiagnosisnya menderita malaria tropis dan segera meresepkan klorokuin, obat anti-malaria yang umum digunakan saat itu.

Sayangnya, pengobatan tersebut justru memperburuk kondisi Tina. Dia tak kunjung pulih, malah kian melemah hingga akhirnya meninggal dunia. Belakangan terungkap bahwa dokter keliru mendiagnosis. Penyakit yang diderita Tina bukanlah malaria, melainkan tipes.

Kematian anaknya membuat Jans terpukul. Namun, dari duka mendalam itu, dia merasa mendapat "panggilan" untuk memahami lebih jauh soal penyakit dan pengobatan, terutama dengan pendekatan herbal yang sejak lama menarik perhatiannya.

Menurut sejarawan Hans Pols dalam tulisannya "European Physicians and Botanists, Indigenous Herbal Medicine in the Dutch East Indies, and Colonial Networks of Mediation" (2009), Jans kemudian mulai menelusuri pengobatan tradisional yang diwariskan masyarakat lokal.

Kala itu, sosok yang mampu menyembuhkan orang disebut sebagai dukun, tanpa konotasi mistis seperti yang lazim kita pahami sekarang. Jans lantas meninggalkan kehidupan elite-nya dan mulai menyusuri pasar, kebun, serta desa-desa untuk belajar langsung dari para ahli pengobatan tradisional atau dukun.

Dia mencatat berbagai ramuan, tanaman obat, dan metode penyembuhan yang telah lama digunakan masyarakat. Hasil dari perjalanan panjang itu adalah sebuah karya monumental, yakni buku berjudul Indische Planten en Haar Geneeskracht (Tanaman Asli Hindia dan Khasiat Pengobatannya) yang diterbitkan pada 1907.

Buku setebal dan seberat satu kilogram ini menjadi panduan pengobatan herbal yang lengkap, terutama bagi mereka yang tinggal jauh dari akses dokter. Dalam pengantarnya, Jans menulis buku tersebut dimaksudkan sebagai penolong bagi siapapun. 

Salah satu resep yang ditulis Jans, misalnya, adalah minuman herbal untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Ramuan itu terdiri dari jeruk nipis, madu, jeruk, kunyit, jahe, merica, dan pala. Semuanya direbus bersamaan dan diminum hangat-hangat.

Bahan-bahan tersebut mudah ditemukan di Indonesia, membuat buku ini cepat populer. Tak heran, orang Eropa menjadikan buku tersebut untuk berburu obat tradisional Indonesia.

Alasan mereka percaya atas karya Jans karena disusun berdasarkan pendekatan ilmiah dan empiris. Plus, buku tersebut jadi petunjuk mengatasi penyakit tropis yang belum dikenal di Eropa. Menurut laporan harian De Courant (23 April 1907), harga buku ini bahkan lebih murah dibandingkan peta wilayah kolonial.

Akibat terjadi alih bahasa ke bahasa Melayu, buku yang awalnya dimiliki oleh orang Eropa perlahan dimiliki orang pribumi. Hal ini membuat bukunya semakin dikenal. Nama Jans pun melekat sebagai sosok yang berjasa menyebarluaskan pengetahuan herbal, sehingga mendorong orang-orang Eropa mencari obat-obat tradisional Indonesia agar tidak cepat mati terkena penyakit tropis. 

Naskah ini merupakan bagian dari CNBC Insight, rubrik yang menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu. Lewat kisah seperti ini, CNBC Insight juga menghadirkan nilai-nilai kehidupan dari masa lampau yang masih bisa dijadikan pelajaran di hari ini.

(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |