PBB: Puluhan Juta Warga Palestina-Tetangga RI Terancam Kelaparan Akut

5 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia PBB (FAO) dan Program Pangan Dunia (WFP) dalam laporan terbarunya memperingatkan, puluhan juta orang di 13 negara dan wilayah dunia sedang menghadapi ancaman kelaparan akut, bahkan di ambang kematian, jika tidak segera ada respons kemanusiaan global yang terkoordinasi.

Laporan Hunger Hotspots terbaru menunjukkan lima negara, yakni Sudan, Palestina, Sudan Selatan, Haiti, dan Mali, masuk dalam kategori paling mengkhawatirkan.

Negara lain yang juga masuk daftar merah termasuk negara tetangga RI Myanmar, Nigeria, Yaman, dan Republik Demokratik Kongo. Negara tersebut kini dikategorikan sebagai wilayah dengan kekhawatiran sangat tinggi dan memerlukan perhatian segera untuk menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian. Hotspot lainnya mencakup Burkina Faso, Chad, Somalia, dan Suriah.

Sementara itu, negara-negara seperti Ethiopia, Kenya, dan Zambia dikeluarkan dari daftar menyusul perbaikan situasi pangan, meski tetap dinilai rentan.

"Laporan ini sangat jelas, kelaparan hari ini bukan ancaman, ini adalah keadaan darurat harian bagi jutaan orang," ujar Direktur Jenderal FAO, QU Dongyu dalam pernyataannya di platform X.

"Kita harus bertindak bersama sekarang untuk menyelamatkan nyawa dan melindungi pertanian serta ternak warga agar mereka bisa terus memproduksi pangan meski dalam kondisi terburuk sekalipun," imbuhnya.

Puluhan Juta Warga Terancam

Di Sudan, kelaparan telah dikonfirmasi terjadi sejak 2024. Kondisi ini diperkirakan akan berlanjut akibat konflik yang terus berlangsung dan pengungsian yang terus terjadi, terutama di wilayah Greater Kordofan dan Greater Darfur.

Tercatat sekitar 24,6 juta orang diproyeksikan menghadapi tingkat kerawanan pangan akut (IPC Fase 3 ke atas), termasuk 637.000 orang yang menghadapi tingkat Bencana (IPC Fase 5) hingga Mei 2025.

Sedangkan di Palestina, terjadinya kelaparan di Jalur Gaza terus meningkat seiring operasi militer besar-besaran yang menghambat pengiriman bantuan pangan dan non-pangan penting.

Selain krisis kemanusiaan yang terjadi di Gaza, harga pangan yang tinggi, mata pencaharian yang hancur, dan blokade komersial akan mempercepat keruntuhan ekonomi.

Seluruh populasi Gaza yang berjumlah 2,1 juta jiwa terancam kelaparan parah, dengan hampir setengah juta orang diperkirakan mencapai tingkat kelaparan paling kritis.

Warga di Sudan Selatan harus menghadapi ancaman ganda dari ketegangan politik, risiko banjir, dan tantangan ekonomi. Sekitar 7,7 juta orang, atau 57 persen dari populasi, diperkirakan mengalami kerawanan pangan akut tingkat tinggi (IPC Fase 3 ke atas) antara April hingga Juli 2025, dengan 63.000 orang diproyeksikan menghadapi tingkat Bencana (IPC Fase 5).

Sementara di Haiti, tingkat kekerasan dan ketidakamanan yang belum pernah terjadi sebelumnya memaksa masyarakat mengungsi dan melumpuhkan akses bantuan. Lebih dari 8.400 pengungsi internal (IDPs) telah menghadapi kerawanan pangan akut tingkat Bencana (IPC Fase 5) di wilayah metropolitan Port-au-Prince pada Juni 2025.

Dan di Mali, harga biji-bijian yang tinggi dan konflik berkepanjangan membuat kemampuan rumah tangga paling rentan, khususnya di daerah yang terkena dampak konflik. Sekitar 2.600 orang berisiko menghadapi Bencana (CH Fase 5) dari Juni hingga Agustus 2025 jika bantuan tidak diberikan tepat waktu.

Direktur Eksekutif WFP, Cindy McCain juga menegaskan pentingnya pendanaan dan akses kemanusiaan.

"Kami memiliki alat dan pengalaman untuk merespons, tetapi tanpa pendanaan dan akses, kami tidak dapat menyelamatkan nyawa," tegasnya.

"Investasi yang mendesak dan berkelanjutan dalam bantuan pangan dan dukungan pemulihan sangat penting karena waktu untuk mencegah kelaparan yang lebih parah semakin sempit," imbuhnya.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Perang Saudara Negara Ini Makin Ngeri, PBB Teriak 'Jurang Maut'

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |