Jakarta, CNBC Indonesia - Nasib raksasa e-commerce asal China, Temu dan Shein, makin memprihatinkan. Keduanya sempat berjaya karena menawarkan barang dengan harga sangat murah, dengan memanfaatkan skema bisnis penjualan langsung dari pabrik ke konsumen akhir tanpa perantara pihak ketiga.
Hal ini membuat pemerintah Indonesia mengambil langkah intervensi dengan memblokir Temu dan Shein, demi melindungi kelangsungan hidup UMKM lokal.
Setelah diblokir dari Indonesia, Temu dan Shein tetap berjaya di negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat (AS). Sayangnya, hal tersebut tak berlangsung lama.
Presiden AS Donald Trump menerapkan kebijakan yang 'mematikan' eksistensi Temu dan Shein di negeri Paman Sam. Selain ancaman tarif tinggi untuk barang-barang impor dari China, Trump juga menghapus kebijakan 'de minimis' yang selama ini dimanfaatkan Temu dan Shein.
Kebijakan de minimis selama ini membebaskan pajak impor barang-barang murah dari luar negeri dengan harga di bawah US$800 atau setara Rp12,9 juta. Dengan dihapusnya kebijakan tersebut, harga barang-barang dari Temu dan Shein yang masuk ke AS tak akan bisa semurah dulu.
Trump menghapus kebijakan de minimis dan menggantinya dengan tarif tinggi sebesar 90%. Tarif tersebut kemudian dikurangi menjadi 'hanya' 30% sebagai bagian dari de-eskalasi ketegangan perdagangan yang lebih luas dengan China, dikutip dari Financial Times, Senin (30/6/2025).
Dua faktor ini langsung berdampak pada bisnis Temu dan Shein di AS. Laporan dari firma market intelligence Sensor Tower menunjukkan pengguna aktif bulanan (MAU) Temu di AS anjlok 51% menjadi 40,2 juta sepanjang periode Maret-Juni 2025.
Nasib serupa dialami Shein. Jumlah pembeli dari AS yang menggunakan Shein tenggelam pada periode yang sama, meski tak sedrastis Temu.
MAU Shein di AS turun 12% menjadi 41,4 juta sepanjang Maret-Juni 2025, menurut laporan Sensor Tower.
Penurunan MAU Temu dan Shein juga terkait dengan berkurangnya pengeluaran iklan yang digelontorkan oleh kedua raksasa e-commerce China ke platform di AS.
Sepanjang 3 bulan ke belakang, pengeluaran iklan digital Temu berkurang 87% dan Shein menurun 69% dibandingkan periode sebelumnya, menurut Sensor Tower.
Sebagai catatan, pada tahun lalu Temu dan Shein masing-masing menduduki peringkat 10 dan 11 untuk perusahaan terbesar yang beriklan di AS. Sekarang, keduanya bahkan tak masuk jejeran 'Top 60'.
Di tengah merosotnya bisnis Temu dan Shein di AS, keduanya mulai menggenjot pasar lain, terutama Eropa. Sensor Tower melaporkan pengguna Temu naik 76% di Prancis, 71% di Spanyol, 64% di Jerman, sepanjang Juni 2025.
Sementara itu, pengguna aktif Shein melonjak antara 13-20% di Inggris, Jerman, dan Prancis, pada periode yang sama.
Kendati demikian, pertumbuhan Temu dan Shein di Eropa juga mendapat ancaman baru. Uni Eropa berencana mengenakan biaya 2 euro (Rp38 ribuan) untuk paket kecil yang memasuki kawasan tersebut.
Terpisah, pemerintah Inggris sedang mempertimbangkan untuk mengakhiri skema pengecualian bea masuk untuk barang-barang impor.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trik Aplikasi China Pembunuh UMKM Ketahuan, Amerika Lawan