Jakarta, CNBC Indonesia - Ada tiga sentimen penting yang akan mengiringi pergerakan pasar keuangan pekan depan. Pertama, tenggat negosiasi tarif Donald Trump yang semakin dekat, pidato Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve Jerome Powell, dan mulai masuk rilis laporan keuangan perusahaan.
Tarif Donald Trump
Tarif resiprokal yang dicanangkan oleh Donald Trump akan berlaku 1 Agustus 2025. Sejumlah negara sudah mencapai kesepakatan seperti Indonesia yang dikenakan tarif 19%.
Namun, banyak negara-negara lain juga yang masih terus bernegosiasi. Tidak menutup kemungkinan akan ada perkembangan dari negosiasi bilateral AS dengan negara lain terkait tarif Trump tersebut.
Investor akan mencerna dampak dari pemberlakuan tarif terhadap ekonomi AS dan dunia serta Indonesia setelah tarif 19% diberlakukan. Investor juga akan mengkalkulasi dampak jika negosiasi bilateral menemui kebuntuan.
Sehingga masih akan ketidakpastian selama negosiasi belum ketok palu dan akan berdampak kepada volatilitas pasar keuangan Indonesia baik saham maupun rupiah.
Pidato Jerome Powell
Chairman The Fed Jerome Powell akan berpidato pada Selasa 22 Juli 2025. Investor menantikan petunjuk dari Powell terkait langkah moneter yang akan dilakukan.
Seperti soal kebijakan suku bunga dalam merespon pemberlakuan tarif resiprokal yang telah ditetapkan dan akan dilakukan.
Sebagai informasi pada 30 Juli 2025 akan diadakan pertemuan FOMC dan berdasarkan perangkat Fedwatch The Fed akan mempertahankan suku bunga di 4,25%-4,5%.
The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga dua kali di sisa 2025 yakni pada pertemuan September sebesar 25 basis poin dan Desember sebesara 25 basis poin. Sehingga di akhir tahun suku bunga The Fed berada di 3,75%-4%.
Akumulasi Asing dan Rilis Laporan Keuangan Big Bank.
Emiten bank BUMN terpantau dilirik investor asing jelang rilis laporan keuangan. Broker JP Morgan (BK) menjadi yang cukup masif melakukan akumulasi berdasarkan histori transaksi.
Pertama, adalah PT Bank Mandiri (Persero) atau BMRI. Berdasarkan data Stockbit, sejak 1 Juli hingga 17 Juli 2025, broker JP Morgan dengan kode BK melakukan beli bersih Rp293,5 miliar untuk saham BMRI.
Sementara itu, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero) atau BBRI juga turut diakumulasi oleh broker JP Morgan, terutama dalam dua hari terakhir.
Dalam rentang 16-17 Juli, broker dengan kode BK tersebut terpantau melakukan beli bersih saham BBRI nyaris Rp100 miliar, tepatnya Rp98,8 miliar.
Kode broker BK tersebut juga terlihat aktif membeli saham BBNI, walaupun dengan jumlah yang tidak sebesar BMRI dan BBRI. Pembelian besar terjadi pada Kamis 17 Juli 2025 dengan nilai transaksi sebesar Rp3,6 miliar.
JP Morgan Indonesia sendiri adalah perusahaan sekuritas yang berelasi dengan JP Morgan. Dengan demikian aktivitas beli bersih dari kode JP Morgan bisa menjadi sinyal baik untuk saham tersebut, terlebih lagi jelang pengumuman laporan keuangan.
Menurut beragam sumber, BBNI akan merilis laporan keuangan semester I 2025 lebih cepat dibandingkan bank Himbara lain, yakni 25 Juli 2025. Sementara itu, BMRI dan BBRI diperkirakan akan merilis kinerja keuangannya pada 30 Juli 2025. Kemudian ada BBCA yang diperkirakan merilis kinerjanya pada 30 Juli 2025.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(ras/ras)