5 Cara Melatih Anak Supaya Punya Mental Tahan Banting

6 hours ago 3
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat anak mulai masuk sekolah, wajar jika orang tua merasa khawatir. Apakah anak bisa mengikuti pelajaran? Apakah dia punya teman? Apakah dia bisa menyesuaikan diri? Semua itu menjadi pertanyaan yang sering muncul di benak orang tua.

Tapi sebenarnya, ada satu hal penting yang bisa membantu anak menghadapi berbagai tantangan di lingkungan sekolah, yaitu melatih ketahanan mental.

Melansir dari CNBC Make It, anak-anak yang punya mental kuat cenderung lebih mampu mengendalikan emosi, bangkit dari kegagalan, dan tidak terlalu lama larut dalam rasa kecewa saat mereka melakukan kesalahan. Nah, bagaimana cara melatih anak agar bisa setangguh itu?

Berikut ini lima hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak membentuk mental yang tahan banting.

1. Biarkan Anak Mengalami Kegagalan

Menurut Dr. Ken Ginsburg, seorang profesor pediatri di Children's Hospital of Philadelphia, masih banyak orang tua yang sengaja membatasi pengalaman anak karena tidak ingin sang anak merasa kecewa atau sedih. Tapi, justru hal itu bisa menghambat proses belajar dan pertumbuhan mereka.

"Tugas orang tua adalah melindungi anak-anak mereka dan membiarkan mereka belajar dari kegagalan," ujar Dr. Ginsburg.

"Salah satu cara untuk mempersiapkan anak Anda dalam menghadapi kesulitan adalah membiarkan mereka sesekali jatuh dan bangkit kembali," lanjutnya.

Kegagalan bukan sesuatu yang harus dihindari. Sebaliknya, kegagalan adalah bagian penting dalam membangun daya tahan mental.

2. Izinkan Anak Merasa Khawatir

Saat anak mengalami masalah, orang tua sering kali ingin menenangkan mereka dengan berkata, "Jangan khawatir." Tapi menurut Taryn Marie Stejskal, pendiri Resilience Leadership Institute, cara itu kurang tepat.

Orang tua sebaiknya membiarkan anak belajar menghadapi rasa khawatir, bukan menekannya.

"Atur pengatur waktu selama lima menit dan minta anak Anda untuk mengkhawatirkan setiap aspek kekhawatiran mereka," kata Stejskal.

"Anda bahkan bisa meminta anak untuk menuliskan semua kecemasan mereka. Kemudian setelah waktu berakhir, minta anak untuk melepaskan kekhawatiran dan tidak lagi memikirkannya," lanjutnya.

Dengan begitu, anak belajar bahwa perasaan cemas itu normal, tapi tidak perlu dibiarkan berlarut-larut.

3. Ajak Anak Memikirkan Skenario Terburuk dan Terbaik

Masih menurut Stejskal, salah satu cara lain yang bisa membantu anak menghadapi rasa takut adalah dengan meminta mereka membayangkan skenario terburuk dan terbaik dari situasi yang mereka hadapi.

"Hal ini dapat membantu mereka untuk merasa lebih aman karena telah menyadari bahwa hasil terburuk yang dibayangkan tidak seburuk yang diperkirakan," jelasnya.

"Mengingatkan anak-anak bahwa mereka mampu menangani apapun, bahkan skenario terburuk sekalipun, dapat membantu mereka untuk sadar jika sebagian besar masalah ternyata dapat diatasi."

Selain itu, mengajak anak membayangkan skenario terbaik juga penting, karena ini menanamkan harapan dan menunjukkan bahwa hasil positif itu sangat mungkin terjadi.

4. Hargai Perkembangan Diri, Bukan Pengakuan Orang Lain

Scott Mautz, mantan eksekutif senior di Procter & Gamble, menekankan pentingnya membantu anak fokus pada perkembangan pribadi, bukan pada penilaian atau validasi dari orang lain.

"Bantu anak-anak Anda untuk mengukur kinerja mereka terhadap harapan pribadi daripada mencari validasi dari orang lain," ujarnya.

"Daripada menilai apakah mereka memenuhi standar orang lain, dorong mereka untuk mempertimbangkan: 'Apakah saya mencapai apa yang ingin saya lakukan?' dan 'Apakah saya menjadi versi yang lebih baik dari diri saya sendiri?'"

Dengan begitu, anak belajar untuk memiliki standar pribadi dan tidak mudah terpengaruh oleh penilaian orang lain.

5. Tekankan Pentingnya Proses, Bukan Hanya Hasil

Saat anak punya target atau tujuan, kegagalan bisa saja terjadi. Namun jika anak terlalu fokus pada hasil akhir, mereka bisa menjadi takut mencoba dan malah tidak berkembang.

"Terlalu bersemangat tentang hasil dapat menggerogoti kekuatan mental anak-anak karena begitu banyak faktor selain usaha yang dapat memengaruhi hasil," kata Mautz.

Orang tua sebaiknya membantu anak untuk lebih menghargai proses. Tanyakan, "Apa yang kamu pelajari dari pengalaman ini?" atau "Apakah kamu senang mencoba hal itu?" Dengan begitu, anak melihat bahwa mencoba sesuatu yang baru tetap berharga meskipun hasilnya belum sempurna.


(dag/dag)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article 9 Ciri Orang Tua yang Anaknya Bakal Sukses Menurut Pakar

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |