Jakarta, CNBC Indonesia - Delapan orang tewas dan lebih dari 400 lainnya terluka, termasuk puluhan dalam kondisi kritis, akibat unjuk rasa massal yang mengguncang Kenya pada Rabu (25/6/2025) waktu setempat.
Melansir AFP, aksi yang berlangsung di 23 wilayah ini memicu gelombang keprihatinan dari kelompok hak asasi manusia, yang mendesak aparat untuk menahan diri.
"Sedikitnya 400 orang mengalami luka-luka, dengan 83 di antaranya dirujuk ke perawatan khusus karena cedera serius. Delapan orang dilaporkan mengalami luka tembak, termasuk tiga petugas polisi," demikian pernyataan bersama dari Koalisi Reformasi Kepolisian, Asosiasi Medis Kenya, Law Society of Kenya, dan Amnesty International.
Di kota Matuu, sekitar 100 kilometer dari Nairobi, dua orang dilaporkan tewas akibat luka tembak. Sementara itu, Kenya Power menyatakan seorang petugas keamanan ditembak di kantor pusat mereka di Nairobi, dalam insiden yang masih diselidiki.
"Protes hari ini memperlihatkan partisipasi besar di 23 wilayah. Kami menyerukan kehati-hatian kepada warga yang masih berada di jalanan, dan mendesak aparat keamanan untuk menahan diri guna mencegah jatuhnya korban jiwa lebih banyak," tegas pernyataan koalisi.
Unjuk rasa tersebut ini dimotori oleh kaum muda Generasi Z, yang turun ke jalan untuk memperingati peristiwa tahun lalu ketika demonstrasi menentang kenaikan pajak menewaskan puluhan orang dan berujung pada pemogokan Gedung Parlemen.
Namun, isu yang memicu protes kali ini tidak hanya mengenai pajak, melainkan juga kemarahan atas kekerasan polisi, kemiskinan tinggi, dan korupsi pemerintah.
Pemicunya adalah tewasnya Albert Omondi Ojwang, seorang blogger dan guru berusia 31 tahun, yang meninggal secara misterius saat dalam tahanan polisi pada awal Juni. Kejadian ini memicu gelombang marah publik setelah video dan foto memperlihatkan korban tewas oleh polisi, serta menyoroti budaya kekerasan aparat yang tak mendapat pertanggungjawaban.
(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Kebakaran Dekat Bandara Internasional Kenya Bikin Geger