BRICS Kembali Diancam Trump dengan Tarif, Begini Respons Kremlin

21 hours ago 4

loading...

Merespons ancaman Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump kepada BRICS untuk kesekian kalinya, Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov berkomentar. Foto/Dok

JAKARTA - Merespons ancaman Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump kepada BRICS untuk kesekian kalinya, Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov berkomentar, kelompok negara-negara berkembang terdepan itu tidak akan bereaksi. Sebelumnya Trump mengancam BRICS saat bernegosiasi dengan India terkait kebijakan tarif.

Seperti diketahui BRICS adalah sebuah organisasi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Indonesia, Iran, dan Uni Emirat Arab. Trump mengklaim bahwa BRICS memiliki "kebijakan anti-Amerika" dan menyatakan bahwa dia akan memberlakukan tarif kepada kelompok tersebut dan sekutunya.

Menjawab hal itu, Peskov mengutarakan, bahwa BRICS "tidak merespons ancaman" dan tidak berpihak melawan negara mana pun. Baca Juga: Strategi Baru Dedolarisasi BRICS, India Izinkan 30 Negara Berdagang dengan Rupee

Peskov mengatakan, kepada para wartawan bahwa perdagangan antara Rusia dan AS "mendekati nol" karena perusahaan-perusahaan AS masih belum kembali setelah meninggalkan Rusia saat invasi Ukraina pada tahun 2022. Namun, dia menunjukkan bahwa "kerja sama dengan pengusaha Rusia" akan menguntungkan bagi ekonomi AS.

Sebelumnya Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyatakan bahwa langkah-langkah tambahan yang ia ancamkan terhadap India di tengah perang dagang dapat memengaruhi negara-negara BRICS, yang menurutnya memiliki kebijakan anti-Amerika. Hal ini disampaikan Trump kepada wartawan di Gedung Putih.

“Kami sedang melakukan negosiasi, dan ini berkaitan dengan BRICS. Anda tahu, ini adalah kelompok negara yang cenderung melawan AS, dan India adalah salah satu anggotanya. Bisa Anda bayangkan,” ujar Trump, mengkritik tarif tinggi India terhadap barang-barang AS dan hubungan New Delhi dengan Rusia.

“Ini adalah serangan terhadap dolar, dan kita tidak akan membiarkan siapa pun menyerang dolar. Jadi ini sebagian terkait dengan BRICS, dan sebagian lagi terkait dengan perdagangan. Kita memiliki defisit perdagangan yang sangat besar.”

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |