Harga Minyak Melambung, OPEC+ Genjot Produksi 547 Ribu Barel

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya atau OPEC+ sepakat menaikkan produksi minyak sebesar 547.000 barel per hari (bph) pada September 2025.

Melansir Reuters pada Senin (4/8/2025), langkah ini menandai kelanjutan dari strategi agresif kelompok tersebut untuk merebut kembali pangsa pasar global, di tengah kekhawatiran gangguan pasokan akibat konflik Rusia-Ukraina.

Keputusan diumumkan usai pertemuan virtual delapan anggota OPEC+ pada Minggu (3/8/2025), yang dilakukan di tengah tekanan dari Amerika Serikat (AS) kepada India agar menghentikan pembelian minyak dari Rusia. Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyatakan bahwa ia ingin membawa Rusia ke meja perundingan damai dengan Ukraina pada 8 Agustus.

Dalam pernyataan resminya, OPEC+ menyebut kondisi ekonomi global yang solid dan rendahnya stok minyak sebagai alasan utama di balik keputusan peningkatan produksi.

"Dengan harga minyak yang bertahan di kisaran US$70 per barel, ini memberi keyakinan kepada OPEC+ terhadap fundamental pasar," ujar Amrita Sen, Co-founder Energy Aspects. Ia menambahkan bahwa struktur pasar menunjukkan adanya pasokan yang ketat.

Pada penutupan perdagangan Jumat (1/8/2025), harga minyak mentah Brent berada di kisaran US$70 per barel atau sekitar Rp1,13 juta, naik dari level terendah tahun ini di sekitar US$58 per barel pada April. Namun, harga minyak mentah ringan AS justru turun sekitar US$2 per barel di perdagangan awal New York menjelang pengumuman OPEC+.

Langkah terbaru ini juga menandai pembalikan penuh dari pemangkasan produksi terbesar dalam sejarah OPEC+, serta disertai tambahan produksi khusus oleh Uni Emirat Arab (UEA) sebesar 2,5 juta bph, setara 2,4% dari permintaan minyak global.

Menurut dua sumber internal OPEC+, kelompok ini berencana menggelar pertemuan lanjutan pada 7 September mendatang. Salah satu agenda penting adalah mempertimbangkan kembali implementasi pemangkasan tambahan sebesar 1,65 juta bph yang saat ini masih berlaku hingga akhir 2026.

"Kedelapan negara tersebut telah menunjukkan bahwa pasar mampu menyerap peningkatan pasokan secara bertahap, sebagian karena aktivitas penimbunan di China," jelas analis komoditas UBS, Giovanni Staunovo. "Fokus sekarang tertuju pada keputusan Trump mengenai Rusia pekan ini."

OPEC+ terdiri dari anggota OPEC dan 10 negara produsen non-OPEC seperti Rusia dan Kazakhstan. Kelompok ini selama bertahun-tahun memangkas produksi untuk menstabilkan harga. Namun, sejak April 2025, mereka mulai meningkatkan produksi secara bertahap, yakni +138.000 bph pada April; +411.000 bph pada Mei-Juli; +548.000 bph pada Agustus; dan +547.000 bph pada September.

Masih ada pemangkasan sukarela sekitar 1,65 juta bph dari delapan negara anggota dan tambahan 2 juta bph dari seluruh anggota OPEC+ yang masih berlaku hingga akhir tahun depan.

"OPEC+ telah melewati ujian pertama dengan membatalkan pemangkasan terbesar mereka tanpa mengguncang harga," kata Jorge Leon dari Rystad Energy, yang juga mantan pejabat OPEC. "Tantangan berikutnya adalah lebih rumit, memutuskan kapan dan bagaimana melepaskan sisa pemangkasan, sambil menjaga stabilitas geopolitik dan kohesi internal."


(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Video: Q1-2025, Laba Aramco Tergerus Penurunan Harga Minyak

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |