Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah dibuka menguat tajam terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (4/8/2025).
Dilansir dari Refinitiv, nilai tukar rupiah mengalami penguata sebesar 0,52% di posisi Rp16.400/US$. Setelah sebelumnya pada penutupan Jumat (1/8/2025), rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,21% di posisi Rp16.485/US$.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) per pukul 09.00 WIB terpantau mengalami pelemahan sebesar 0,31% di level 98.83.
Pelemahan indeks dolar ini menjadi salah satu pendorong penguatan rupiah pada pagi hari ini.
Pelemahan DXY terjadi pada Jumat pekan lalu, ditutup turun 0,83% ke level 99,14 setelah sempat menembus level psikologis 100,25. Penurunan ini dipicu oleh rilis data ketenagakerjaan AS yang mengecewakan.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa ekonomi AS hanya menambahkan 73.000 pekerjaan non pertanian pada Juli 2025, jauh di bawah ekspektasi ekonom sebesar 110.000. Bahkan, data bulan Juni direvisi turun drastis menjadi hanya 14.000 dari sebelumnya 147.000.
Menanggapi laporan tersebut, Presiden Donald Trump menyatakan bahwa ia telah memerintahkan pemecatan terhadap Komisaris Biro Statistik Tenaga Kerja AS, Erika L. McEntarfer yang merupakan kandidat pilihan mantan Presiden Joe Biden.
Dari dalam negeri, pelaku pasar tengah menantikan rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 dari Badan Pusat Statistik (BPS). Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyampaikan bahwa stabilitas sistem keuangan Indonesia pada periode tersebut tetap terjaga, meski tekanan dari ketidakpastian global masih tinggi.
Namun, sejumlah analis memperkirakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi nasional akan sedikit melambat pada kuartal II 2025 ini.
Menurut Mirae Asset Sekuritas Indonesia Research, pertumbuhan tahunan pada kuartal II 2025 akan melambat menjadi 4,67% dari 4,87% pada kuartal I 2025. Surplus dagang Juni sebesar US$4,1 miliar cukup kuat kemungkinan akibat percepatan ekspor menjelang tarif AS yang lebih tinggi, tren yang mungkin berlanjut pada Juli. Namun, dengan mulai berlakunya tarif resiprokal baru pada Agustus, tantangan ekonomi diperkirakan akan berlanjut hingga paruh kedua 2025.
(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Menguat di Tengah Isu Perang Dagang, Dolar Turun ke Rp16.430