Harga Perak Terus Anjlok 2,4%, Bulan Madu Hampir Usai

11 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga perak turun terus dalam dua hari terakhir, hal ini seiring dengan mereda-nya perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan berbagai negara.

Merujuk data Refinitiv, pada penutupan perdagangan Jumat lalu (25/7/2025), harga perak bertengger di US$ 38,14 per troy ons. Dalam sehari turun 2,41%, melanjutkan penurunan sehari sebelumnya sebesar 0,51%.

Akibat dua hari koreksi itu, harga perak sepanjang pekan ini susut 0,08%, padahal pada awal pekan perak sudah sempat naik menembus level US$ 39,52 per troy ons secara intraday yang merupakan level tertinggi pada tahun ini.

Dalam dua pekan terakhir, harga perak akhirnya masih terjerembab di zona merah. Meski begitu, ini masih di level yang tinggi, mencerminkan kenaikan 32% sejak awal tahun atau year-to-date (YTD).

Harga perak mengalami tekanan di tengah meredanya ketegangan perdagangan global. Sejauh ini, AS telah merampungkan kesepakatan dagang dengan Jepang dan sejumlah laporan menunjukkan AS semakin dekat dengan kesepakatan bersama Uni Eropa (UE), yang nantinya akan mengenakan tarif sebesar 15% atas produk impor dari Eropa.

India juga tengah aktif menjalin negosiasi perdagangan dengan AS. Sementara itu, Perdana Menteri Narendra Modi sedang melakukan kunjungan kenegaraan selama dua hari ke Inggris pada 23-24 Juli.

Dalam kunjungan ini, PM Modi bersama Perdana Menteri Inggris Keir Starmer diperkirakan akan menandatangani perjanjian perdagangan bebas bersejarah yang sebelumnya telah diumumkan pada Mei lalu.

Di saat yang sama, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengisyaratkan bahwa gencatan tarif dengan Tiongkok kemungkinan besar akan diperpanjang sebelum masa berlakunya habis pada 12 Agustus. Sinyal ini turut memperkuat minat risk-ON pelaku pasar.

Dari sisi kebijakan moneter, perhatian juga tertuju pada pertemuan Federal Reserve pekan depan. Bank sentral AS (The Fed) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya, dengan sejumlah pejabat menilai perlu bersikap hati-hati dalam mempertimbangkan pemangkasan lanjutan, mengingat masih tingginya risiko inflasi akibat kebijakan tarif.

Kombinasi dari perkembangan geopolitik dan sikap hati-hati bank sentral ini menjadi faktor utama yang menekan harga logam mulia, termasuk perak, dalam jangka pendek.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |