Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas melemah tipis dan hampir stagnan. Emas kini menunggu katalis baru yang akan menentukan harga terbang atau tumbang.
Merujuk Refinitiv, harga emas pada penutupan perdagangan Kamis (26/6/2025) ditutup di posisi US$ 3.328,08 per troy ons. Harganya melemah 0,12%. Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan 0,25% pada Rabu.
Harga emas masih melemah pada hari ini. Pada Jumat (27/6/2025) pukul 06.21 WIB harga emas ada di US$ 3321,69 atau melemah 0,19%.
Harga emas sangat labil dalam 10 hari terakhir di mana harganya terus naik turun dalam hitungan hari. Dalam 10 hari terakhir, harga emas menguat lima kali dan melemah lima kali.
Meredanya konflik di Timur Tengah di satu sisi melemahkan emas. Sementara itu, harapan pemangkasan suku bunga membuat harga emas menguat.
Harga emas diperkirakan akan tetap labil sampai ada katalis atau arah baru yang lebih jelas ke depan.
Harga emas bertahan stabil pada Kamis di tengah sikap investor yang menantikan data inflasi Amerika Serikat (AS) untuk menilai prospek suku bunga, sambil tetap memantau situasi di Timur Tengah seiring meredanya ketegangan geopolitik.
"Emas turun dalam beberapa sesi terakhir karena meredanya eskalasi di Timur Tengah. Tekanan tambahan juga datang dari ekspektasi pemangkasan suku bunga yang terus tertunda, sementara ekspektasi inflasi meningkat akibat tarif era Trump," kata David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, kepada Reuters.
Pasar saat ini pasar memperkirakan akan ada dua kali pemangkasan suku bunga total sebesar 50 basis poin pada 2025, dimulai pada September.
Perkiraan investor kembali akan ditentukan oleh data inflasi konsumen pribadi AS atau Personal Consumption Expenditures (PCE). Data ini akan diumumkan pada malam nanti dan menjadi petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Emas yang tidak memberikan imbal hasil biasanya unggul dalam kondisi ketidakpastian dan inflasi, namun suku bunga yang lebih tinggi membuatnya kurang menarik.
Anjloknya dolar bahkan tidak mampu mengerem emas. Indeks dolar jatuh ke 97,14 pada perdagangan kemarin. Level tersebut adalah yang terendah sejak April 2022 atau lebih dari tiga tahun.
Melemahnya dolar seharusnya berdampak positif ke emas karena pembelian sang logam mulia dikonversi dalam bentuk dolar AS. Dolar yang melemah membuat investor lebih murah dalam menukar emas.
Nyatanya teori ini tidak berlaku saat ini karena faktor geopolitik yang membaik.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research @cnbcindonesi.com
(mae/mae)