Negaranya Diserang Israel, Presiden Suriah Akhirnya Buka Suara

6 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Suriah Ahmed Al Sharaa buka suara soal eskalasi yang terjadi setelah negara itu diserang rudal oleh Israel. Hal ini disampaikannya dalam pidato yang disiarkan di televisi, Kamis (17/7/2025).

Dalam pernyataannya, Sharaa mengatakan bahwa melindungi warga Druze dan hak-hak mereka adalah prioritas. Ia mengumumkan bahwa para pemimpin lokal akan mengambil alih kendali keamanan di kota Suwayda dalam upaya mengakhiri kekerasan sektarian di selatan dan pasca serangan mematikan Israel di Damaskus.

"Kami ingin meminta pertanggungjawaban mereka yang melanggar dan melecehkan komunitas Druze kami karena mereka berada di bawah perlindungan dan tanggung jawab negara," kata Al Sharaa dalam pidatonya, seraya menyebut minoritas tersebut sebagai bagian fundamental dari struktur bangsa ini.

Sharaa mengatakan tanggung jawab keamanan di wilayah yang dilanda kekerasan akan diserahkan kepada para pemuka agama dan beberapa faksi lokal. Hal ini juga akan diberikan berdasarkan kepentingan nasional tertinggi.

"Kami menegaskan bahwa melindungi hak dan kebebasan Anda adalah salah satu prioritas utama kami. Kami menolak segala upaya, baik asing maupun domestik, untuk memecah belah barisan kami."

Lebih lanjut, Sharaa juga melontarkan pernyataan ke Israel. Menurutnya, Negeri Yahudi itu sedang ingin membuat kekacauan di wilayah Suriah.

"Entitas Israel, yang secara konsisten mengincar stabilitas kami dan menebar perpecahan sejak jatuhnya rezim sebelumnya, kini kembali berupaya mengubah tanah suci kami menjadi arena kekacauan tanpa akhir," ujarnya.

"Kami tidak takut akan perang. Kami telah menghabiskan hidup kami menghadapi tantangan dan membela rakyat kami, tetapi kami mengutamakan kepentingan rakyat Suriah di atas kekacauan dan kehancuran."

Sebelumnya, Israel melancarkan serangkaian serangan di dekat istana presiden Suriah dan markas militer di jantung kota Damaskus pada hari Rabu. Tel Aviv memperingatkan Suriah bahwa mereka akan meningkatkan serangan lebih lanjut jika pasukan pemerintah tidak mundur dari selatan dan menghentikan serangan terhadap komunitas Druze.

Sejauh ini, setidaknya 169 orang tewas dalam kekerasan di Suriah selatan dalam beberapa hari terakhir. Sementara itu, pemantau perang yang berbasis di Inggris, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, mengatakan lebih dari 360 orang tewas.

Pernyataan Sharaa muncul setelah pemerintah Suriah dan pemimpin Druze, Sheikh Yousef Jarbou, mengumumkan gencatan senjata baru di kota tersebut dan mengatakan bahwa tentara telah mulai menarik diri dari Suwayda. Puluhan kendaraan militer Suriah terlihat meninggalkan kota tersebut semalaman.

Druze, yang minoritas kecil namun berpengaruh di Suriah dan Israel, "terbelah" dalam sikap mereka terhadap otoritas Suriah yang baru, yang mengambil alih kekuasaan setelah jatuhnya Presiden Bashar Al Assad yang telah lama berkuasa pada bulan Desember.

Jarbou, yang menyatakan persetujuannya terhadap gencatan senjata, mengutuk serangan Israel terhadap Suriah. Ia mengatakan kepada Al Jazeera bahwa "setiap serangan terhadap negara Suriah adalah serangan terhadap komunitas Druze."

Namun, pemimpin Druze berpengaruh lainnya di kota itu, Sheikh Hikmat Al Hajari, mengatakan ia menolak gencatan senjata dan berjanji akan terus berjuang hingga Suwayda "dibebaskan sepenuhnya". Keberadaan Hajari tidak diketahui, dan tidak jelas apakah para pejuang yang berafiliasi dengannya akan "terus berjuang".


(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Awas Perang Arab Baru, Jet Tempur Israel Bombardir Negara Ini

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |