Jakarta, CNBC Indonesia - Sepinya pembeli di Pasar Gembrong, Jakarta Timur membuat para pedagang mengeluh omzetnya turun drastis. Beberapa pedagang baik yang berada di Pasar Gembrong Baru maupun yang berada di luar pasar tersebut dan pedagang di tepi jalan, hampir seluruhnya mengalami penurunan omzet penjualan.
Fikri, salah satu pedagang mainan yang berada di dalam Pasar Gembrong Baru mengatakan sejak Covid-19, penjualannya sudah turun hingga 50% lebih.
"Wah, kalau penjualan sudah bukan turun lagi, tapi sudah jatuh, ada mungkin 50% lebih," kata Fikri saat ditemui wartawan CNBC Indonesia, Jumat sore (20/6/2025).
Fikri menambahkan dahulu sebelum pandemi Covid-19 merebak, Ia bisa mendapatkan hingga Rp 10 juta per harinya. Kini, Ia hanya mendapatkan Rp 500 ribu per hari dan terkadang kurang dari jumlah tersebut.
"Dulu sebelum Covid, ada mungkin dapat Rp 6 juta, sampai Rp 10 juta lah, sekarang dapat Rp 500 ribu saja sudah bersyukur, itupun Rp 500 ribu buat biaya lain-lainnya," ungkapnya.
Adapun menurutnya, penyebab sepinya pelanggan selain karena pandemi, juga karena gempuran toko online. Bahkan, Fikri juga buka-bukaan soal barang-barang impor yang kini lebih mudah masuk, terutama mainan anak, membuat produk lokal sudah sangat kalah saing.
Foto: Kondisi Pasar Gembrong di Jakarta Timur sepi pembeli, Jumat (20/6/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)
Kondisi Pasar Gembrong di Jakarta Timur sepi pembeli, Jumat (20/6/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)
"Selain Covid, juga bisa karena toko online, tapi yang lebih parah ya barang impor sekarang jadi lebih gampang masuk sini, termasuk juga mainan, ya kami kalah saing lah," ungkapnya.
Senada dengan Fikri, Puji yang juga merupakan pedagang mainan, tetapi berjualan di luar pasar, mengaku penjualannya sudah turun drastis lebih dari 50%.
"Sedih sih, sepi pelanggan, penjualan turun drastis, sampai saya susah hitungnya, ada mungkin 50% lebih," kata Puji.
Ketika ditanya terkait angka omset, Puji tidak dapat memberikan angka kisarannya.
"Aduh, tidak tau ya berapa sekarang dapetnya, tidak menentu, mungkin dulu ya bisa 2 jutaan, sekarang susah nentuinnya," ujarnya.
Sementara Rony, pedagang mainan yang berjualan di tepi jalan, juga mengaku demikian. Sebelum pandemi omsetnya bisa mencapai Rp 5 juta per hari, kini hanya mendapatkan Rp 2 juta, itupun terkadang juga bisa di bawah Rp 2 juta.
"Benar-benar susah sekarang, dulu bisa dapat Rp 5 juta, bahkan lebih kalau musim ramai seperti Lebaran, libur sekolah, kalau sekarang ya rata-rata Rp 2 juta, kadang juga bisa kurang," kata Rony.
Sentra mainan Pasar Gembrong, baik yang berada di tepi jalan, di sekitar pasar, dan di dalam pasar sangat sepi. Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di pasar tersebut pada Jumat (20/6/2025), pengunjung yang datang mungkin kurang dari sepuluh orang.
Kondisi ini diketahui sudah terjadi sejak pandemi Covid-19 dan juga sejak adanya relokasi akibat pembangunan ramp Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu).
Semenjak saat itu, menurut pandangan dari beberapa pedagang yang masih bertahan, pedagang lainnya berpindah secara terpencar, ada yang sudah berpindah ke Pasar Gembrong Baru, ada yang bertahan berjualan di tepi jalan, ada yang juga berpindah ke tempat lain.
Padahal sebelum Covid-19, Pasar Gembrong masih cukup ramai. Namun setelah adanya gempuran toko online dan Covid-19, kini para pedagang mainan dan pedagang lainnya nasibnya dipertaruhkan.
(chd/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Genjot Ekonomi RI, Ini Daftar 8 Kebijakan Terbaru Pemerintah