loading...
Menurut Gus Baha , memiliki sifat toleransi membuat seseorang bisa hidup di lintas negara, agama dan komunitas. Foto ilustrasi/ist
Ulama kontemporer Wahbah al-Zuhayli memberi gagasan toleransi yang diawali dengan penjelasannya tentang konsep wasatiyyah al-Islam (moderasi Islam). Beliau mengelompokan empat hal pokok tema toleransi yang dijelaskan al-Qur’an.
Pertama, relasi antar Agama Samawi.
Adanya beberapa akar ajaran yang sama dalam agama samawi merupakan jalan untuk membentuk sikap moderat dan toleran.
Kedua, asas kebebasaan dalam memilih agama.
Poin ini menegaskan prinsip Ri’ayah al-Din yang diusung syari’at Islam.
Ketiga, larangan menebar kebencian.
Keempat , larangan tindakan teror serta anjuran mengutamakan keadilan.
Setiap manusia berhak mendapatkan perlindungan atas kemerdekaan jiwanya.
Penafsiran al-Zuhayli mengungkap adanya pola hubungan harmonis dan toleran antar umat beragama. Hal ini sekaligus merupakan kritik ilmiah atas doktrin-doktrin kekerasan yang sering dikumandangkan kelompok radikal.
Sementara itu, Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha mengatakan kunci sikap toleransi adalah memiliki referensi keilmuan yang cukup. "Pikiran saya sederhana, ilmu itu melahirkan sikap. Jika punya referensi yang cukup tentang toleransi maka kita hidup di mana saja maka akan tetap toleransi," ucap Gus Baha seperti dilansir dari NU Online.
Baca juga: Pendidikan Moderasi Beragama: Wajib Sejak Usia SD
Gus Baha menyampaikan, memiliki sifat toleransi membuat seseorang bisa hidup di lintas negara, agama dan komunitas. Dengan begitu, kata Gus Baha, seorang muslim tidak boleh memerangi umat beragama lain karena konteksnya tidak dalam suasana perang. Adapun pihak yang boleh diperangi yaitu mereka yang memerangi kita, seperti yang terjadi pada zaman penjajahan Jepang dan Belanda di Indonesia.