PGE Petakan Tantangan Proyek Panas Bumi, Ini Daftarnya

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk telah memetakan beberapa tantangan dalam pengembangan proyek pengembangan listrik yang bersumber dari energi panas bumi. Direktur Keuangan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Yurizki Rio menyebut diantaranya terkait potensi bottleneck dan bagaimana menghadapi bottleneck tersebut.

"Yang pertama mungkin yang paling klasik itu ya, it's all about the subsurface risk gitu kan. Karena kan kalau kita untuk membangun suatu lapangan, itu kan besar-besar 50 megawatt, 110 megawatt dan sebagainya," ujar dia dalam Economic Update Energy Edition, Selasa (8/7/2025).

Hal itu lanjutnya, dalam mengatasi hal tersebut memerlukan modal awal yang besar dan tingkat keberhasilannya pun tidak tinggi.

"Kemudian strong cash deficiency support. Dan juga sebenarnya mungkin tingkat keberhasilan itu hanya mungkin 50% gitu ya," tambah Yurizki.

Oleh sebab itu kata Yurizki, PGE akan fokus memprioritaskan pada lapangan-lapangan yang lebih mature dalam pengembangan pembangkit panas bumi. Menurut dia, cara ini memiliki tingkat keberhasilan mencapai 70% hingga 80%.

"Sehingga ini men-boost our confidence level dan akhirnya kita bisa mempercepat COD (Commercial Operation Date). Kalau COD itu sebenarnya memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap keekonomian proyek," ungkap Yurizki.

Sebagai informasi, Indonesia menargetkan kapasitas pembangkit listrik panas bumi sebesar 5,2 giga watt. Target ini tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034.

Selain panas bumi, jenis pembangkit energi terbarukan yang akan dikembangkan yaitu tenaga surya (17,1 GW), angin (7,2 GW), hidro (11,7 GW), dan bioenergi (0,9 GW). Selain itu, energi baru seperti nuklir mulai diperkenalkan dengan pembangunan dua unit reaktor kecil di Sumatera dan Kalimantan, masing-masing berkapasitas 250 MW.

Secara keseluruhan, pemerintah menargetkan penambahan kapasitas pembangkit sebesar 69,5 GW hingga 2034. Dari total ini, sekitar 76% kapasitas akan berasal dari Energi Baru Terbarukan dan sistem penyimpanan energi seperti baterai dan pumped storage. Pada lima tahun pertama, akan dibangun pembangkit sebesar 27,9 GW, yang terdiri dari 9,2 GW berbasis gas, 12,2 GW dari EBT, 3 GW untuk sistem penyimpanan, dan 3,5 GW pembangkit batubara yang sudah dalam tahap penyelesaian konstruksi.

Memasuki lima tahun kedua, fokus bergeser ke pengembangan EBT dan penyimpanan energi sebesar 37,7 GW atau 90 persen dari total kapasitas yang direncanakan. Sisanya sebesar 3,9 GW masih berasal dari pembangkit berbasis fosil seperti batubara dan gas.


(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Upaya Nyata PGE Dukung Pertumbuhan Ekonomi 8%

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |