Belajar dari Thailand, Ini Rahasia Agar Industri Musik Tahan Banting

7 hours ago 4

Jakarta, CNBC IndonesiaSektor ekonomi kreatif (ekraf), seperti musik, menjadi salah satu motor penggerak perekonomian global. Namun, bagaimana prospek industri musik di tengah kondisi ekonomi global yang tengah bergejolak?

Laporan Goldman Sachs berjudul 'Music In The Air' menyebut bahwa industri musik "harus tetap tangguh dalam kondisi makro yang tidak menentu". Laporan itu juga menyebut bahwa ada peluang signifikan untuk meningkatkan jumlah langganan - khususnya di pasar negara berkembang.

Thailand, misalnya, berambisi menjadikan industri kreatif ini sebagai penyumbang utama PDB dalam 10 tahun ke depan. Salah satu strategi yang dilakukan Negeri Gajah Putih untuk mencapai target tersebut yaitu dengan menggunakan strategi diplomasi soft power.

Melalui forum SPLASH - Soft Power Forum 2025 dan peluncuran pusat kolaborasi kreatif FAM Studios oleh 88rising, Thailand menegaskan langkah seriusnya dalam membangun ekosistem kreatif yang berorientasi global. Dalam pidato pembukaannya, Menteri Kebudayaan Thailand Paetongtarn Shinawatra menegaskan, budaya bukan lagi hanya simbol identitas, tapi sudah jadi mesin ekonomi.

"Soft power bukan hanya soal kebanggaan nasional, tapi mesin ekonomi baru yang mampu menghasilkan pendapatan besar," ujar Paetongtarn. "Thailand punya semua unsur yang dicari dunia: kreativitas, keberagaman, keberlanjutan, dan keaslian," ujarnya menambahkan.


Belum lama ini, Thailand menjadi lokasi peluncuran Future Asia Music (FAM) Studios di Bangkok, hasil kolaborasi antara 88rising (label musik yang berbasis di Amerika Serikat dan berfokus mempromosikan artis Asia ke panggung global), dan Cloud11. Studio ini bukan hanya tempat rekaman, tapi pusat kolaborasi lintas negara yang mempertemukan musisi dari berbagai latar belakang khususnya bagi negara-negara Asia Tenggara.

Pada hari pertama peluncuran, suasana studio langsung hidup. Di Studio A, musisi Singapura Rangga Jones sedang merekam video klip terbarunya. Di Studio B, penyanyi R&B asal Thailand Flower.far juga melakukan sesi pengambilan gambar. Total sudah ada hampir 300 artis tergabung dalam ekosistem FAM sejak diluncurkan pada 2024.

Stasiun ikonik Hua Lamphong yang beroperasi hingga pukul 6 sore di Bangkok jadi tempat konser musik Road to FAM Final. (Dok. Istimewa)Foto: Stasiun ikonik Hua Lamphong yang beroperasi hingga pukul 6 sore di Bangkok jadi tempat konser musik Road to FAM Final. (Dok. Istimewa)

Tak berhenti di situ, Thailand juga menyulap stasiun ikonik Hua Lamphong jadi venue konser dalam acara Road to FAM - The Finale. Acara ini mempertemukan rapper dari berbagai negara Asia Tenggara dan berhasil membuktikan, musik bisa menyatu dengan ruang publik, menjangkau audiens lebih luas, dan menciptakan pengalaman budaya yang otentik.

Pendidikan, Kolaborasi, dan Visi Jangka Panjang

Musisi dan produser asal Amerika, James Fauntleroy, yang juga pendiri 1500 Sound Academy, menyoroti pentingnya investasi dalam pendidikan musik. Ia menekankan, akses dan fasilitas seperti FAM Studios akan membuka jalan bagi lebih banyak talenta Asia Tenggara untuk berkembang di level global.

"Pengejaran mimpi itu berat. Tapi kalau saya bisa bantu satu orang saja agar jalannya lebih mudah, itu sudah luar biasa," ujar peraih empat Grammy Awards ini. Ia percaya ekosistem kreatif harus dibangun dengan semangat kolaborasi dan pemberdayaan, bukan hanya pencapaian individu.

Sementara itu, Verbal, CEO Ambush Inc. dan Direktur Internasional LDH Japan Inc., berbicara soal tantangan besar yang kini dihadapi musisi, seperti tekanan dari algoritma dan tuntutan viralitas.

"Di masyarakat algoritmik, justru menjadi manusialah yang membuat Anda menonjol," ujarnya dalam forum SPLASH. Menurutnya, kreativitas tetap harus jadi inti dan teknologi seperti AI dan media sosial bisa membantu, tapi tak bisa menggantikan orisinalitas dan intuisi manusia.

Verbal juga menyinggung perbedaan pendekatan Jepang dan Korea dalam menyebarkan budaya. Jepang sempat terlalu fokus pada pasar domestik, sementara Korea dari awal membangun sistem pelatihan dan strategi ekspor budaya. "Menjadi global bukan berarti menjadi Barat. Tapi berarti bisa dipercaya dan meresonansi secara luas," tegasnya.

Apa yang dilakukan Thailand menjadi pelajaran penting bagi negara lain, termasuk Indonesia. Ketika industri musik diberi ruang untuk tumbuh, didukung fasilitas nyata dan kebijakan strategis, sektor ini bisa menjadi penopang ekonomi yang tahan banting, bahkan di tengah krisis global.

Seperti kata Verbal, "Yang penting adalah membangun struktur. Kalau kita tahu siapa diri kita, dunia akan lebih mudah mengenal kita."


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Mengapa Thailand Legalkan Judi & Kasino?

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |