Benarkah Kanker Usus Besar Bisa Menurun Secara Genetik? Ini Kata Dokter

1 month ago 33

Jakarta -

Kanker usus besar, atau dikenal dengan kanker kolorektal, merupakan salah satu jenis kanker yang banyak terjadi di dunia. Ada banyak faktor penyebab kanker kolorektal, salah satunya faktor genetik atau keturunan.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Muhamad Yugo Hario Sakti Dua, Sp.PD-KGEH pun menyampaikan risiko terkena kanker kolorektal bisa meningkat jika terdapat riwayat penyakit ini pada anggota keluarga.

"Kondisi genetik, seperti sindrom lynch dan polip usus besar dapat diwariskan dalam keluarga. Hal ini meningkatkan risiko terkena kanker kolorektal yang dapat muncul pada usia lebih muda atau timbul pertumbuhan polip berlebihan di usus besar yang berpotensi berubah menjadi kanker jika tidak ditangani," ujar dr. Hario dalam keterangan tertulis, Selasa (6/5/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

dr. Hario mengatakan jika keluarga memiliki riwayat kanker kolorektal, penting untuk ekstra hati-hati terhadap faktor risiko ini karena kemungkinan terjadinya kanker kolorektal lebih tinggi.

Apalagi, kanker kolorektal sering kali tidak menunjukkan gejala hingga mencapai tahap lanjut. Dengan begitu, pemantauan riwayat kesehatan keluarga dan pemeriksaan dini menjadi langkah penting untuk melakukan deteksi dan penanganan yang lebih efektif.

dr. Hario pun mengimbau agar mendiskusikan riwayat keluarga dengan dokter untuk evaluasi kondisi atau potensi masalah sejak dini. Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang direkomendasikan, bahkan jika tidak ada gejala, guna mencegah kanker kolorektal berkembang lebih lanjut.

Lebih lanjut, dr. Hario merekomendasikan Tes Darah Samar pada tinja (Feccal Occult Blood Test), yang bertujuan untuk menemukan adanya darah samar. Adapun tes ini merupakan salah satu langkah deteksi dini agar kanker kolorektal dapat segera ditangani, salah satunya dengan

Jika hasilnya positif, perlu dilakukan Kolonoskopi, sebagai standar untuk mendeteksi dan mendiagnosis kanker kolorektal. Pemeriksaan ini akan dilakukan dengan bantuan alat endoskopi untuk memeriksa kondisi usus besar secara langsung, serta mencari polip yang tumbuh agar dapat ditangani sebelum berubah menjadi kanker sehingga mencegah pembedahan.

"Saat ini juga sudah ada metode terkini Virtual Kolonoskopi yang menggunakan sinar-X dosis rendah untuk menghasilkan gambar 3D, sehingga lebih nyaman bagi pasien. Selain itu, tes genetik juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah Anda membawa perubahan genetik bawaan yang dapat meningkatkan potensi Anda terkena kanker kolorektal," jelasnya.

Meskipun tidak ada riwayat kanker kolorektal dalam keluarga, ada baiknya untuk tetap tetap mewaspadai kesehatan, terutama jika ada perubahan pola buang air besar. Pasalnya, deteksi dini melalui pemeriksaan rutin dapat membuat perbedaan besar dalam pengobatan dan kelangsungan hidup.

Adapun pemeriksaan Fecal Occult Blood Test dan Kolonoskopi berkala dianjurkan terutama jika muncul gejala, seperti pendarahan dari dubur, perubahan pola buang air besar, lendir atau darah pada tinja. Pemeriksaan ini juga dianjurkan bagi mereka dengan faktor risiko obesitas, diabetes, atau riwayat terapi radiasi.

Seluruh pemeriksaan ini dapat dilakukan di Gastrohepatology Center Mayapada Hospital, yang menyediakan layanan mulai dari skrining hingga pembedahan. Layanan ini juga didukung dengan tim dokter multidisiplin, fasilitas lengkap, dan alat canggih.

Dokter Spesialis Bedah Digestif Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Aditomo Widarso, SpB-KBD pun menjelaskan beberapa penanganan yang dapat dilakukan apabila seseorang telah didiagnosis kanker kolorektal.

"Kanker usus besar dapat ditangani dengan operasi. Jika tidak melekat dapat dilakukan dengan bedah minimal invasif atau minim sayatan (Laparoskopi). Namun jika sudah melekat ataupun terjadi sumbatan, tindakan akan dilakukan dengan bedah terbuka (Laparotomi) Penanganan kanker usus besar akan dilakukan sesuai dengan lokasi dan stadium kanker, penyebaran kanker, serta kondisi pasien secara menyeluruh," bebernya.

"Angka harapan hidup akan jauh lebih besar jika dideteksi sejak dini dan ditemukan dalam kondisi stadium awal. Jika masih pada stadium awal tindakan pengobatan (kuratif) pembedahan usus tanpa kemoterapi memiliki prognosis (angka harapan hidup) yang cukup baik, namun stadium lanjut selain operasi juga diberikan tambahan terapi seperti kemoterapi maupun radioterapi ataupun kombinasi terapi tersebut," sambungnya.

Meski demikian, penanganan kanker kolorektal yang advanced dan komprehensif membutuhkan kolaborasi tim dokter multidisiplin untuk merencanakan perawatan yang tepat untuk pasien.

Oncology Center Mayapada Hospital menyediakan layanan menyeluruh untuk berbagai kasus tumor dan kanker. Dalam dua tahun terakhir, layanan ini telah menangani sampai dengan 9.000 kasus kanker.

Oncology Center Mayapada Hospital juga dilengkapi Tumor Board yang aktif, menyusun rencana perawatan pasien kanker, dan layanan Patient Navigator untuk mendampingi pasien selama menjalani perawatan.

Bagi Anda yang ingin menjadwalkan pemeriksaan saluran cerna dan konsultasi dengan dokter di Gastrohepatology Center atau Oncology Center Mayapada Hospital, hubungi Call Center 150770 atau aplikasi MyCare milik Mayapada Hospital.

MyCare juga memiliki fitur Personal Health yang terhubung ke Google Fit dan Health Access untuk menghitung jumlah langkah kaki, jumlah kalori terbakar, detak jantung, dan Body Mass Index (BMI). Beragam informasi dan tips kesehatan juga dapat diakses dalam fitur Health Articles & Tips.

Unduh aplikasi MyCare di Google Play Store atau App Store sekarang dan dapatkan reward poin berupa potongan harga untuk berbagai jenis pemeriksaan di seluruh unit Mayapada Hospital.


(prf/ega)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |