Cerita Dua Pasien Kanker Vagina, Sama-sama Alami Perdarahan usai Berhubungan Intim

10 hours ago 4

Jakarta -

Kanker vagina merupakan kanker langka yang terjadi di vagina, saluran otot yang menghubungkan rahim dengan bagian luar tubuh. Kondisi ini terjadi saat sel-sel abnormal di vagina tumbuh dan membelah tak terkendali.

Dikutip dari Mayo Clinic, kanker vagina mungkin tidak menimbulkan gejala apapun di fase awal. Seiring pertumbuhannya, kanker vagina dapat menimbulkan gejala, seperti:

  • Perdarahan vagina yang tidak umum, seperti setelah menopause atau usai berhubungan seks.
  • Keputihan.
  • Benjolan atau massa di vagina.
  • Buang air kecil yang menyakitkan.
  • Sering buang air kecil.
  • Sembelit.
  • Nyeri panggul.

Cerita Pasien Kanker Vagina

Beberapa wanita pun mengungkapkan soal gejala kanker vagina yang mereka rasakan. Dikutip dari berbagai sumber, berikut pengalaman mereka:

1. Perdarahan dan Nyeri

Seorang wanita di Australia menceritakan pengalamannya mengalami kanker vagina. Jane (46) terkejut saat mengalami perdarahan setelah berhubungan seks dengan suaminya.

"Dokter umum meminta saya untuk melakukan USG dan merujuk ke dokter kandungan. Tetapi, saya harus menunggu selama 2 bulan untuk mendapatkan janji temu itu," kata Jane yang dikutip dari Cancer Council.

Ketika menunggu itu, Jane merasa stres, terutama saat ia mengalami perdarahan usai berhubungan seks dan merasakan nyeri di vagina.

Setelah mendapat waktu konsultasi dengan dokter kandungan, Jane mengungkapkan gejala-gejala yang dirasakannya. Dokter pun merujuk Jane ke dokter kandungan onkologi.

"Dokter kandungan onkologi mengonfirmasi bahwa saya memiliki massa di dinding vagina. Ia melakukan biopsi dan meminta saya untuk menjalani pemindaian MRI dan PET. Saya sangat terpukul, tetapi berusaha menyembunyikannya dari anak-anak," kata Jane.

"Dokter kandungan onkologi menelepon saya untuk menyampaikan hasilnya, itu adalah SCC yang tumbuh cepat dan belum menyebar ke luar vagina. Perawatan yang direkomendasikan adalah kemoradiasi selama 5-6 minggu yang diikuti oleh brakiterapi interstisial," lanjutnya.

Untuk mengatasi masalahnya, Jane menjalani berbagai macam pengobatan untuk menyembuhkan kanker vagina yang diidapnya, salah satunya dengan kemoterapi.

2. Muncul Bercak Darah yang Makin Parah

Seorang wanita di Amerika Serikat didiagnosis mengidap kanker vagina saat berusia 38 tahun. Sebelum didiagnosis, wanita bernama Sarah itu awalnya hanya melihat bercak darah di organ intimnya setelah berhubungan seksual.

"Saya mulai melihat adanya bercak setelah berhubungan intim. Itu tidak normal bagi saya, dan karena histerektomi sebelumnya, saya tidak lagi mengalami menstruasi," tuturnya yang dikutip dari laman CDC.

Awalnya, bercak darah yang muncul hanya sedikit. Tetapi, hal itu bertambah buruk hingga perdarahan sepanjang hari dan membutuhkan pembalut.

"Selain perdarahan yang tidak biasa, saya tidak mengalami gejala lain, tidak merasakan perih, dan saya merasa sehat-sehat saja," terang Sarah.

"Namun, perdarahannya semakin parah dan sangat tidak biasa sehingga membuat saya takut," sambungnya.

Mengetahui ada yang tidak beres, Sarah memutuskan untuk pergi ke dokter umum. Dokter memintanya untuk melakukan Pap Test dan tes Human Papillomavirus (HPV).

Sarah pun membuat janji dengan dokter spesialis onkologi ginekologi untuk melakukan kolposkopi dan pemeriksaan. Tetapi, ia perlu menunggu beberapa minggu.

Dari hasil pemeriksaan, Sarah memiliki benjolan sebesar telur di vagina yang menjadi penyebab perdarahan.

"Mereka (tim dokter) menjadwalkan saya untuk menjalani biopsi, sehingga mereka dapat mengumpulkan dan menguji sel-sel tersebut," ungkapnya.

Hasil tes menunjukkan benjolan di vaginanya itu adalah kanker yang teralokasi, sehingga tidak berdampak pada organ panggul lainnya. Sarah menjalani berbagai pengobatan dan perawatan intensif untuk mengecilkan serta membunuh sel-sel kanker itu agar tidak tumbuh lebih lanjut.


(sao/kna)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |