Jakarta - Kanker serviks adalah pertumbuhan sel abnormal yang dimulai di serviks, bagian bawah rahim yang terhubung ke vagina. Berbagai jenis human papillomavirus, yang juga disebut HPV, berperan dalam menyebabkan sebagian besar kanker serviks.
Kanker serviks sering kali tidak menimbulkan gejala pada stadium awal hingga mulai menyebar. Itulah sebabnya pemeriksaan rutin dan vaksin HPV sangat penting. Kanker serviks juga dapat diobati jika ditemukan pada stadium awal.
Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention AS (CDC), berikut cerita tiga pasien yang didiagnosis kanker serviks. Ini gejala awal yang mereka rasakan.
1. Nyeri Kram Perut Kanan Bawah
Rose terkena kanker serviks stadium IV saat berusia 37 tahun. Rose mengalami gejala berupa nyeri ringan, seperti kram di perut kanan bawah pada 2009.
Awalnya Rose didiagnosis terkena infeksi saluran kemih (ISK). Namun gejala yang dirasakan semakin memburuk.
"Meskipun saya mengalami gejala yang belum pernah saya alami sebelumnya (seperti kram sebelum menstruasi), saya menerimanya sebagai bagian dari proses penuaan. Namun seiring berjalannya waktu, rasa sakitnya menjadi lebih parah, berlangsung lebih lama, dan tidak dapat diatasi dengan obat-obatan yang dijual bebas," kata Rose.
Pada Agustus 2010 saat menjalani operasi punggung, dokter menemukan massa padat berukuran sekitar 6 hingga 8 cm.
"Kemudian saya mengalami kejang hebat lagi, yang membuat saya dirawat di ICU [unit perawatan intensif]. Di sana, ditemukan bahwa saya mengidap kanker serviks, yang didiagnosis stadium IV, tidak dapat dioperasi, dan sudah stadium terminal," lanjut Rose.
2. Perdarahan Tak Normal
Amy awalnya tak memiliki riwayat kesehatan apapun, bahkan siklus menstruasi bulanannya normal. Kemudian pada November 2011, ia mengalami perdarahan vagina yang signifikan selama sekitar seminggu. Gejala tersebut juga disertai tak adanya menstruasi sama sekali pada bulan berikutnya, yang merupakan hal yang tak normal baginya.
Pada 2012, dirinya memutuskan untuk memeriksakan diri ke rumah sakit. Pada Februari, dirinya dinyatakan terkena kanker serviks agresif adenokarsinoma.
"Setelah itu, semua yang dikatakannya menjadi kabur. Saya mulai gemetar dan berpikir, 'Apakah dia baru saja mengatakan saya mengidap kanker?!" kata Amy.
"Keadaan menjadi lebih buruk ketika saya harus pulang dan menyampaikan kabar itu kepada suami saya, dan kemudian kepada anak-anak saya. Saya tidak dapat memberi tahu ibu saya, jadi saya rasa suami saya yang memberi tahunya. Saya tidak dapat menghancurkan hatinya," lanjutnya.
3. Hubungan Seksual yang Menyakitkan
Kristina didiagnosis kanker serviks pada usia 20-an tahun. Awalnya ia mengalami rasa sakit saat berhubungan seksual, tetapi tak terus-menerus. Pada 2014, Kristina juga sempat menjalani tes Pap smear pada tahun 2014 dan tes HPV. Hasilnya, Kristina terkena infeksi HPV tipe 16.
"Penyedia layanan kesehatan saya memutuskan untuk melakukan kolposkopi guna memastikan tidak ada kelainan lebih lanjut. Selama prosedur berlangsung, saya ingat dokter saya berkata, 'Yah, tidak ada yang benar-benar menyala di sini, tetapi saya akan mengambil sampelnya saat saya di sini'," kata Kristina.
"Saya tidak akan pernah melupakan panggilan telepon yang saya terima dari dokter saya dengan hasil patologi/sitologi. Ia berkata kepada saya, 'Saya harus katakan, saya benar-benar terkejut melihat ini sampai di meja saya hari ini, tetapi kami menemukan kanker'," lanjut Kristina.
Gejala Kanker Serviks
CDC mengatakan, pada tahap awal, kanker serviks mungkin tidak menimbulkan tanda dan gejala. Sementara itu, kanker serviks stadium lanjut dapat menyebabkan pendarahan atau keluarnya cairan dari vagina yang tidak normal, seperti pendarahan setelah berhubungan seks.
Jika mengalami salah satu tanda ini, segera memeriksakan diri ke dokter. Tanda-tanda ini mungkin disebabkan oleh hal lain selain kanker, tetapi satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan memeriksakan diri ke dokter.
(suc/kna)