Mentan Amran Geram-Lakukan Operasi Senyap Mematikan Gegara Harga Beras

5 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman tak menahan kegeramannya setelah mengetahui adanya pihak yang mempermainkan beras. Hal itu menyusul anomali kenaikan harga beras yang justru berlanjut di masa musim panen raya periode bulan April-Mei dan masih berlangsung hingga saat ini.

"Masalah ini tidak boleh dibiarkan, karena ini menyangkut hajat orang banyak yakni 284 juta orang Indonesia tanpa kecuali membutuhkan beras," kata Amran saat jumpa pers di Gedung Kementerian Pertanian, Kamis (26/6/2025).

Amran menambahkan kasus ini bakal memberatkan masyarakat kelas menengah ke bawah yang membutuhkan beras yang tidak terlalu mahal.

"Bagaimana bagi masyarakat menengah ke bawah yang ekonominya terbatas dan tidak mampu membeli beras mahal, padahal beras kita banyak," ujar Amran.

"Berapa orang yang bakal susah dengan kondisi ini, karena mau itu masyarakat kaya, menengah, maupun miskin, pasti butuh beras," tambah Amran.

Oleh karena itu, Amran akan melakukan upaya untuk menindak tegas pihak-pihak yang tengah bermain curang dalam beras ini.

"Sekarang ini menjadi momentum yang baik untuk kita perbaiki masalah beras ini," ungkapnya.

Kasih Waktu 2 Pekan

Adapun Kementan bersama Badan Pangan Nasional (Bapanas), Kejaksaan Agung (Kejagung), dan Kepolisian RI (Polri) akan melakukan operasi pasar di pasar tradisional, pasar modern, maupun supermarket.

"Mulai hari ini, tolong kepada sahabat pangan, untuk menghentikan praktik ini. Kita beri dua minggu, setelah itu, jika masih ditemukan hal-hal ini, kami tindak tegas. Kami juga akan operasi pasar di semua pasar yang menjual beras, baik pasar tradisional, pasar modern, dan supermarket," ungkapnya lagi.

"Kami senyap, silent, tapi mematikan dan harus selesai dengan cepat," tambahnya.

Temuan Keganjilan Harga Beras

Dibeberkan, berdasarkan temuan Kementan bersama Bapanas dan Kapolri di seluruh pasar yang berada di sepuluh provinsi, di temukan hal-hal yang tidak sesuai standar

Hasil temuan tersebut yakni untuk beras medium, ada 95,12% yang tidak sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) atau melebihi HET, 88,24% tidak sesuai regulasi, dan 9,38% tidak sesuai berat kemasan.

Sementara untuk beras premium, sebanyak 85,56% tidak sesuai regulasi, 59,78% harganya berada di atas HET, dan 21,66% beratnya tidak sesuai dengan label kemasan.

Kemudian temuan lain, dari 212 merek beras yang beredar, sebanyak 80% tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah, mulai dari berat beras yang tidak sesuai label kemasan, merek tidak terdaftar, harga melebihi HET, dan mutunya tidak sesuai.

Bahkan, ada pihak yang memainkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), di mana beras ini dikemas ulang dan kembali diperjualbelikan dengan harga premium.

"Kejadian ini terjadi di semua pasar, termasuk pasar tradisional, pasar modern, hingga supermarket," pungkasnya.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Video: Mentan Amran, Cetak Sawah & Target Ambisius Swasembada Pangan

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |