Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com
Di tengah arus digitalisasi dan makin banyaknya jumlah pegawai berusia muda (generasi milenial dan generasi Z), organisasi memiliki tantangan yang luar bisa. Salah satunya adalah dalam hal optimalisasi kinerja pegawai.
Karena optimalisasi kinerja pegawai merupakan sebuah proses yang menantang, dengan kelindan permasalahan yang banyak. Tak dapat dimungkiri, eksistensinya menjadi isu penting dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kepada stakeholder.
Banyak faktor yang mempengaruhi baik faktor internal dan eksternal untuk optimalisasi kinerja pegawai. Dari hasil identifikasi ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi untuk optimalisasi kinerja pegawai seperti pegawai masih memiliki pola pikir tetap, tidak mau berkembang (fixed mindset), motivasi rendah (low motivation), kelelahan fisik dan mental akibat beban pekerjaan (burn out).
Pegawai memiliki pola pikir tetap, tidak mau berkembang (fixed mindset) artinya pola pikir ini memandang penugasan yang baru dari atasan atau pimpinan sebagai beban, ancaman dan merasa sulit untuk diselesaikan. Memiliki pemikiran yang cenderung pesimis dalam menerima tantangan yang baru sehingga enggan berusaha untuk menyelesaikan dengan baik.
Dengan adanya pola pikir ini maka pegawai akan kurang optimal melakukan tugas dan mencapai target kinerja yang telah ditetapkan. Hal ini dapat memberikan dampak menurunnya kualitas pelayanan kepada stakeholder.
Permasalahan berikutnya adalah rendahnya motivasi dalam melaksanakan pekerjaan. Menurut RA. Supriyono, motivasi adalah kemampuan untuk berbuat sesuatu sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan, dorongan untuk berbuat sesuatu.
Motivasi seseorang di pengaruhi oleh stimuli kekuatan, intrinsik yang ada pada individu yang bersangkutan. Stimuli eksternal mungkin dapat pula memengaruhi motivasi tetapi motivasi itu sendiri mencerminkan reaksi individu terhadap stimuli tersebut (Supriyono, 2003 : 329).
Dari pengertian ini, bila seorang pegawai tidak memiliki kebutuhan, keinginan dan dorongan untuk melakukan kinerja dengan baik untuk memenuhi kebutuhan dirinya atau keluarga yang menjadi tanggung jawabnya yang menjadi kewajiban yang diberikan oleh Tuhannya maka pegawai tersebut tidak bekerja dengan sungguh-sungguh dalam mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.
Selanjutnya dampaknya pelayanan kepada stakeholder juga tidak optimal bahkan dapat menurun kualitasnya dikarenakan pelaksanaan kinerja hanya dilakukan sekadarnya saja.
Kelelahan fisik dan mental pegawai akibat beban pekerjaan juga menjadi hal yang perlu diperhatikan. Hal ini sangat berkaitan dengan pola pikir tetap, tidak mau berkembang (fixed mindset) dan motivasi yang perlu ditingkatkan yang mengalami akumulasi dari waktu ke waktu sehingga menumpuk.
Dampaknya akan merugikan bagi pegawai yang bersangkutan secara fisik dan mental. Pegawai bersangkutan tidak dapat berkembang kariernya dan bahkan dapat menurun kapasitas kinerjanya. Hal ini tentu akan menurunkan kualitas pelayanan kepada stakeholder.
Di samping itu, karena pegawai tidak memiliki pola work life balance dalam kehidupannya sehingga menyebabkan kelelahan fisik dan mental. Tidak dipenuhinya secara seimbang kebutuhan rohani dan jasmani, kebutuhan individu dan sosial, kebutuhan dunia dan akhirat dan kebutuhan keseimbangan lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, lalu apa kira-kira yang dapat dijadikan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Ada beberapa rekomendasi yang bisa dijadikan pertimbangan sebagai solusi :
Pertama, mengembangkan growth mindset dan agile mindset dalam bekerja. Growth mindset atau pola pikir berkembang adalah pola pikir seseorang yang memahami bahwa kemampuan atau bakat yang dimilikinya sejak kecil merupakan sebuah permulaan.
Mereka percaya bahwa kemampuan dan bakat tersebut dapat terus berkembang dengan kerja keras dan dedikasi. Mereka menanamkan pola pikir untuk terus belajar dan memahami dunia (Dr. Carol S. Dweck, 2006).
Mengacu kepada definisi tersebut, pegawai yang memiliki growth mindset akan melaksanakan semua IKI secara optimal dan menerima setiap penugasan baru yang diberikan oleh atasan atau pimpinan sebagai sarana untuk meningkatkan kompetensi, kemampuan dan yakin dapat menyelesaikan dengan baik.
Dengan pola pikir berkembang (growth mindset) maka pegawai dapat mengoptimalkan kinerjanya sehingga dampaknya dapat meningkatkan pelayanan kepada stakeholder.
Sementara agile mindset merupakan pola pikir yang didasarkan pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip Agile Manifesto yang karakteristik utamanya adalah kepercayaan, tanggung jawab, kepemilikan, peningkatan berkelanjutan, kemauan untuk belajar, keterbukaan, serta kemauan untuk terus tumbuh dan beradaptasi.
Pegawai yang memiliki agile mindset akan dapat menyesuaikan dirinya dengan perubahan dan tantangan baru yang diberikan oleh atasan dan pimpinan maupun dari Kantor Pusat sesuai dengan kepribadian, pengalaman dan kemampuan diri yang dimiliki sehingga kinerja yang diberikan tetap berfokus pada kualitas pelayanan dan kepuasan stakeholder.
Kedua, memiliki motivasi kerja yang kuat dan mendapat dukungan internal yang memadai baik dari kantor pusat maupun dari unit kerja. Bila pegawai memiliki kebutuhan, keinginan dan dorongan untuk melakukan kinerja dengan baik untuk memenuhi kebutuhan dirinya atau keluarga yang menjadi tanggung jawabnya yang menjadi kewajiban yang diberikan oleh Tuhannya maka pegawai tersebut akan bekerja dengan sungguh-sunguh dalam mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.
Dampak yang terjadi, pelayanan kepada stakeholder juga akan optimal dan dapat meningkatkan kualitasnya dikarenakan pelaksanaan kinerja dilakukan dengan motivasi yang tinggi.
Ketiga, menguatkan pembinaan mental diri dan work life balance dalam melaksanakan tugas dan kehidupannya. Setiap pegawai harus dapat memenuhi kebutuhan rohani atau spiritual secara proporsional sesuai dengan tuntunan agamanya yang dapat memberikan pengaruh secara signifikan dalam melaksanakan kinerja di organisasi.
Di samping itu, juga memenuhi kebutuhan jasmaninya secara baik berupa makanan yang halal, baik dan bergizi, olah raga teratur untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Demikian juga memenuhi kebutuhan keluarganya berupa rekreasi atau berkumpul bersama keluarganya dan kebutuhan keluarga lainnya secara memadai. Memenuhi juga kebutuhan-kebutuhan lainnya untuk work life balance dalam melaksanakan tugas dan kehidupannya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan secara ringkas bahwa permasalahan belum optimalnya kinerja pegawai yang meliputi pegawai memiliki pola pikir tetap, tidak mau berkembang (fixed mindset), motivasi rendah dan kelelahan fisik dan mental akibat beban pekerjaan, merupakan fenomena yang dihadapi oleh setiap organisasi.
Organisasi harus secara berkala melakukan evaluasi dalam pengelolaan sumber daya manusia yang merupakan aset utama selanjutnya menindaklanjuti hasil evaluasi dengan kebijakan yang tepat untuk perbaikan kualitas ke depannya menuju visi dan misi organisasi.
(miq/miq)