Rupiah Menguat Tajam, Nilai Tukar Dolar AS Turun Jadi Rp16.385

2 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berhasil ditutup menguat kencang terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (4/8/2025).

Melansir dari Refinitiv, mata uang garuda berhasil mencatatkan kenaikan sebesar 0,61% di posisi Rp16.385/US$, penguatan hari tercatat menjadi penguatan harian terbesar sejak 24 Juni 2025.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) per pukul 15.00 WIB terpantau melemah 0,21% di level 98,92.

Penguatan rupiah pada perdagangan hari ini, Senin (4/8/2025) didorong oleh melemahnya indeks dolar AS pada hari ini dan juga pada Jumat (1/8/2025) pekan lalu, Dimana DXY tercatat ditutup turun tajam sebesar 0,83% ke level 99,14 setelah sempat menembus level psikologis 100,25. Penurunan ini dipicu oleh rilis data ketenagakerjaan AS yang mengecewakan.

Hal ini terjadi seiring dengan laporan Departemen Tenaga Kerja AS (BLS) yang hanya menambahkan 73.000 pekerjaan baru di sektor non pertanian pada Juli 2025, jauh dibawah ekspektasi pasar sebesar 110.000. Lebih parahnya lagi, BLS turut merevisi laporannya untuk periode Mei dan Juni yang masing masing turun menjadi 19.000 dan 14.000, dari sebelumnya sebesar 144.000 dan 147.000.

Hal ini langsung direspon negatif oleh para pelaku pasar, yang menyebabkan turunya indeks dolar AS dalam waktu singkat.

Sementara itu dari dalam negeri, pelaku pasar tengah menantikan rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyampaikan bahwa stabilitas sistem keuangan Indonesia pada periode tersebut tetap terjaga, meski tekanan dari ketidakpastian global masih tinggi.

Namun, sejumlah analis memperkirakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi nasional akan sedikit melambat pada kuartal II 2025 ini.

Salah satunya ekonom yang juga merupakan Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, pada kuartal II-2025 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan berada pada kisaran 4,7%-4,8% yoy, disebabkan tekanan dari sisi konsumsi rumah tangga efek melemahnya daya beli masyarakat.

"Proyeksi kami memang di bawah pertumbuhan kuartal I, di kisaran 4,7-4,8%. Penyebab perlambatannya itu memang di konsumsi rumah tangga, di kisaran 4,75-4,85%," ucap Faisal kepada CNBC Indonesia, Senin (4/8/2025).


(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Efek Kebijakan Trump, Segini Harga Dolar AS Money Changer

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |