Jakarta -
Mungkinkah jantung kolaps gara-gara mengonsumsi energy drink? Seorang pegiat kebugaran di Florida, Amerika Serikat, meninggal akibat mengalami serangan jantung dan kerusakan otak. Ibunya meyakini ada kaitannya dengan kebiasaan mengonsumsi energy drink.
Banyak orang mengonsumsi produk energy drink karena menganggapnya sebagai minuman sehat. Padahal, konsumsi energy drink secara berlebihan kerap dikaitkan dengan risiko serius pada kesehatan, terutama jantung. Salah satu contoh kasus dialami oleh Katie Donnell, seorang pegiat kebugaran asal Florida, Amerika Serikat, yang meninggal dunia akibat heart attack atau serangan jantung dan kerusakan otak.
Ibunya, Lori Barron, meyakini kematian Katie berkaitan dengan kebiasaannya mengonsumsi energy drink dan kopi yang terlalu berlebihan. Dikutip dari Hindustan Times, Katie diketahui rutin mengonsumsi hingga tiga kaleng energy drink setiap hari, ditambah suplemen kafein sebelum berolahraga di pusat kebugaran.
"Pada usia 28, Anda tidak akan melihat orang meninggal karena serangan jantung," kata Lori, baru-baru ini kepada Kennedy News & Media.
Lori mengatakan sang anak tidak memiliki riwayat penyakit serius, meski ia memang mengalami kecemasan berat. Meski begitu, Lori meyakini kondisi tersebut dipicu oleh konsumsi kafein dan energy drink yang berlebihan.
Sebelum meninggal, Katie sempat pingsan saat berkumpul bersama teman-temannya pada Agustus 2021. Saat itu, teman-temannya mengira ia terkena stroke dan segera memanggil ambulans. Namun, bantuan datang terlambat.
"Dia tidak mendapatkan oksigen terlalu lama dan itu menyebabkan kerusakan otak," kata Lori. "Mereka menanganinya selama tiga jam, dan dia tidak pernah bangun," lanjutnya.
Setelah koma selama 10 hari, kondisi Katie terus memburuk. Kejang yang ia alami semakin parah, hingga keluarganya dihadapkan pada keputusan terberat untuk mencabut alat bantu hidup yang menopangnya.
Menurut Lori, para dokter memang tak secara langsung menyebutkan penyebab kematian Katie. Namun, mereka menyebut pernah melihat kasus serupa pada orang yang mengonsumsi terlalu banyak energy drink atau suplemen pre-workout.
"Saya tahu pasti bahwa itulah yang salah dengannya," kata Lori, yang juga menyebut sang anak sering minum kopi dan kerap membeli empat bungkus energy drink hanya dalam dua hingga tiga hari.
Apa Itu Energy Drink?
Minuman berenergi atau energy drink (ED) adalah salah satu produk minuman yang bisa meningkatkan energi, kewaspadaan, dan konsentrasi pada orang yang meminumnya. Tidak hanya untuk olahraga, banyak juga yang menenggaknya saat harus begadang mengerjakan tugas ataupun main game semalaman.
Minuman berenergi berbeda dengan minuman olahraga. Minuman olahraga dirancang untuk mendukung aktivitas fisik dan biasanya mengandung karbohidrat, mineral, elektrolit, serta perasa yang dimaksudkan untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang melalui keringat selama berolahraga.
Kandungan Kafein dalam Energy Drink
Food and Drug Administration Amerika Serikat (AS) mengatakan kafein, salah satu kandungan dalam energy drink, dapat menjadi bagian dari pola makan sehat bagi sebagian besar orang. Namun, jika dikonsumsi secara berlebihan, kafein dapat menimbulkan efek negatif dan bahkan membahayakan kesehatan.
Jumlah yang dianggap 'terlalu banyak' bisa berbeda-beda, tergantung pada berbagai faktor seperti berat badan, jenis obat yang dikonsumsi, kondisi medis tertentu, serta tingkat sensitivitas tubuh terhadap kafein. Kopi, teh, dan cokelat dikenal sebagai sumber kafein yang umum. Namun, kafein juga dapat ditemukan dalam produk minuman, seperti energy drink.
Menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Acta Biomedica berjudul 'Caffeinated Energy Drink Consumption Among Adolescents and Potential Health Consequences Associated with Their Use: A Significant Public Health Hazard, kafein diekstrak dari buah mentah lebih dari enam puluh spesies tanaman kopi (coffea Arabica), yang semuanya merupakan bagian dari famili metilxantin. Kafein juga diekstrak dari teh, kacang kola, dan kakao.
Setelah dikonsumsi, kafein diserap dengan cepat dalam waktu sekitar 30-60 menit melalui saluran pencernaan. Di dalam tubuh, kafein mengalami proses demetilasi dan diubah menjadi paraxantin (84 persen), teobromin (12 persen), dan teofilin (4 persen).
Pada orang dewasa, waktu paruh kafein berkisar antara 3 hingga 7 jam. Sekitar 0,5-3,5 persen kafein diekskresikan dalam bentuk utuh melalui urine, dan sebagian kecil lainnya dikeluarkan melalui keringat.
Efek kafein pada berbagai sistem organ orang dewasa meliputi peningkatan denyut jantung, tekanan darah, kecepatan bicara, aktivitas motorik, tingkat kewaspadaan, sekresi lambung, diuresis, dan suhu tubuh. Konsumsi kafein dalam dosis sangat tinggi dapat menyebabkan kondisi serius seperti psikosis akut dan rabdomiolisis. Meskipun jarang, kasus kematian akibat keracunan kafein masih terus dilaporkan.
Adapun batas aman konsumsi kafein masih belum ditentukan, tetapi data menunjukkan asupan maksimum kafein yang direkomendasikan per hari bervariasi dari 2,5 mg/kg/hari hingga 6 mg/kg/hari pada anak-anak, 100 mg/hari pada remaja, hingga 400 mg/hari pada orang dewasa.
FDA menyebutkan 400 miligram kafein per hari, setara dengan sekitar dua hingga tiga cangkir kopi berukuran 12 ons, umumnya tidak dikaitkan dengan efek negatif. Namun, sensitivitas terhadap kafein dapat sangat bervariasi, begitu pula dengan kecepatan tubuh dalam memproses dan mengeluarkannya. Beberapa kondisi medis atau penggunaan obat-obatan tertentu dapat meningkatkan sensitivitas terhadap kafein.
Infografis efek energy drink pada jantung. Foto: infografis detikHealth
Pengaruh Energy Drink ke Jantung
Konsumsi energy drink secara berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan kunjungan ke unit gawat darurat serta komplikasi kardiovaskular yang mengancam jiwa, termasuk serangan jantung.
Minuman ini biasanya mengandung kafein dan gula dalam kadar sedang hingga tinggi, serta berbagai bahan stimulan lainnya seperti guarana, taurin, hingga karnitin.
Menurut jurnal yang dipublikasikan di World Journal of Cardiology berjudul 'Effects of Energy Drinks on the Cardiovascular System', kafein, terutama pada dosis tinggi, dikaitkan dengan berbagai penyakit jantung, termasuk palpitasi dan sejumlah aritmia seperti fibrilasi atrium, ektopia supraventrikular, ventrikel.
Efek kafein dalam meningkatkan tekanan darah atau hipertensi secara akut juga dianggap menekan sistem kardiovaskular, yang selanjutnya meningkatkan kemungkinan menyebabkan aritmia. Risiko peningkatan tekanan darah seperti itu teramati lebih tinggi pada orang tua dan mereka yang memiliki hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Spesialis jantung Dr dr Muhammad Yamin SpJP(K) membenarkan, kandungan kafein yang umum digunakan dalam energy drink dapat mempengaruhi kerja jantung, utamanya saat berolahraga. Bagi yang punya risiko, hal tersebut dapat membahayakan jantung.
"Kafein kan tadi bikin (jantung) cepat. Kalau kita lari, kafeinnya aktif. Jadi denyut jantung bisa berlebihan, kafein kan bikin denyut jantung meningkat," kata dr Yamin kepada detikcom, Rabu (7/5/2025).
"Kafein itu selain bikin jantung berdebar, bikin tekanan darah naik. kalau orang dengan tekanan darah naik, kalau berlebihan bisa gagal jantung, bisa serangan jantung," sambungnya.
Senada, dr Susetyo Atmojo, SpJP menuturkan efek pada jantung tidak hanya dipicu oleh kandungan kafein. Berbagai neurostimulan yang terkandung dalam energy drink juga dapat menjadi pemicu gangguan jantung dan pembuluh darah.
"Beberapa neurostimulan pada energy drink seperti kafein, guarana, dan taurin jika dalam jumlah berlebih memang dapat berpotensi menimbulkan berdebar dan gangguan irama jantung," jelas dr Susetyo ketika dihubungi detikcom, Senin (5/5).
NEXT: Sejumlah riset menguatkan pengaruhnya ke jantung
Berbagai penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh energy drink pada kerja jantung. Berikut di antaranya:
1. Tekanan darah meningkat
Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Strength and Conditioning Research meneliti lima belas pelari rekreasional yang diminta menjalani lima sesi uji coba latihan. Satu jam sebelum pengujian, para peserta mengonsumsi salah satu dari tiga jenis energy drink atau minuman plasebo.
Studi bertajuk Effects of Energy Drink on Economy and Cardiovascular Measures tersebut mendapati, tekanan darah sistolik yang diukur 15 menit setelah konsumsi menunjukkan peningkatan signifikan pada ketiga jenis energy drink dibandingkan dengan plasebo.
Senada, sebuah studi yang dipublikasikan di Sage Journals terkait 'Effect of "Energy Drink" Consumption on Hemodynamic and Electrocardiographic Parameters in Healthy Young Adults' menemukan, mengonsumsi energy drink dapat berdampak pada kesehatan kardiovaskular, khususnya jantung.
Studi ini dilakukan dengan lima belas orang dewasa sehat. Tekanan darah mereka diukur setelah tidak mengonsumsi kafein selama 48 jam, dan tekanan darah dasar, denyut jantung, dan parameter elektrokardiografi (EKG) diukur. Peserta diminta untuk mengonsumsi 500 mL minuman berenergi dan pengukuran diulang 30 menit, 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam kemudian. Setelah itu, peserta mengonsumsi 500 mL minuman berenergi setiap hari selama 5 hari berikutnya dan pengukuran dilakukan lagi pada hari terakhir.
Hasilnya, tidak ada perubahan EKG yang signifikan yang dicatat, namun pengukuran denyut jantung dan tekanan darah sistolik meningkat masing-masing sebesar 5-7 kali/menit dan 10 mmHg. Efek kardiovaskular lebih besar setelah lima hari konsumsi daripada setelah hari pertama konsumsi.
2. Fibrilasi Atrium
Studi yang diterbitkan di Journal of Medical Case Reports berjudul 'Atrial Fibrillation in Healthy Adolescents After Highly Vaffeinated Beverage Consumption: Two Case Reports' melaporkan dua remaja laki-laki sehat berusia 14 dan 16 tahun mengalami fibrilasi atrium setelah mengonsumsi minuman berenergi. Salah satu dari mereka diketahui juga mengonsumsi alkohol bersamaan dengan minuman berenergi.
Dikutip dari Mayo Clinic, fibrilasi atrium atau Atrial Fibrillation (AFib) merupakan salah satu bentuk aritmia atau kelainan irama jantung, kondisi yang ditandai dengan irama jantung yang tidak beraturan dan kadang sangat cepat. Fibrilasi atrium dapat memicu gumpalan darah di jantung, dan meningkatkan risiko stroke, gagal jantung, dan berbagai komplikasi kardiovaskular lainnya.
3. Gagal Jantung
Sebuah studi berjudul 'Energy Drink-Induced Cardiomyopathy' yang dipublikasikan di BMJ Case Reports melaporkan kasus seorang pria berusia 21 tahun yang mengalami gagal jantung dan gagal ginjal setelah memiliki riwayat mengonsumsi mengonsumsi rata-rata empat kaleng energy drink per hari selama dua tahun.
Pasien datang dengan riwayat sesak napas selama 4 bulan saat beraktivitas, orthopnea, dan penurunan berat badan. Ekokardiografi transtorakal menunjukkan gangguan fungsi sistolik biventrikular berat dan trombus ventrikel bilateral, yang kemudian dikonfirmasi pada pencitraan resonansi magnetik jantung, yang juga tidak menemukan edema, peradangan, atau fibrosis fokal. Tes darah, USG ginjal, dan MRI abdomen berikutnya menunjukkan gagal ginjal berat yang disebabkan oleh uropati obstruktif kronis, yang sudah berlangsung lama dan sebelumnya tidak terdiagnosis.
Tidak ada riwayat medis, keluarga, atau sosial yang signifikan selain asupan energy drink yang berlebihan. Setelah menjalani pengobatan dan menghentikan konsumsi energy drink, gejala yang dialaminya serta fungsi jantungnya menunjukkan perbaikan yang signifikan.
NEXT: Aritmia ventrikular
4. Aritmia Ventrikular
Ventricular arrhythmia atau aritmia Ventrikular adalah gangguan irama jantung yang terjadi di ruang bawah jantung (vertrikular), yakni bagian yang bertanggung jawab memompa darah ke seluruh tubuh.
Sebuah studi dipublikasikan di Journal of Family Medicine and Primary Care berjudul 'Excess of High-Caffeinated Energy Drinks Causing Ventricular Arrhythmias' melaporkan kasus seorang pasien laki-laki berusia muda yang mengalami aritmia ventrikular karena mengonsumsi minuman berenergi.
Pasien yang tak disebutkan namanya itu mengalami palpitasi setelah mengonsumsi beberapa minuman berenergi berkafein tinggi yang diminumnya setelah jam kerja untuk menghilangkan rasa lelah. Pasien kemudian dirawat di unit perawatan intensif dan diberi obat antiaritmia yang memberikan respons baik.
Kasus ini menunjukkan minuman berenergi berkafein tinggi dapat memicu aritmia ventrikular serius jika dikonsumsi secara berlebihan. Kondisi ini merupakan salah satu faktor penyebab serangan jantung mendadak, sehingga diperlukan kewaspadaan dan regulasi dalam konsumsi minuman berenergi, terutama pada jumlah yang berlebihan.
5. Asupan gula berlebih
Hipertensi atau tekanan darah tinggi juga berhubungan dengan asupan tinggi minuman berpemanis, termasuk energy drink. Sebuah tinjauan sistematis terhadap 14 studi yang dipublikasikan di Journal of Translational Medicine menunjukkan, asupan minuman tinggi gula berhubungan dengan peningkatan tekanan darah sistolik dan risiko hipertensi pada anak dan remaja. Asupan energy drink juga termasuk dalam analisis tersebut.
Simak Video "Video Olahraga yang Direkomendasikan Dokter untuk Penderita Obesitas"
[Gambas:Video 20detik]