loading...
Juri Tinju: Darah, Dagu, dan Mengapa Petinju Tampil Buruk Tapi Menang/BoxinG Scene
Juri Tinju : Darah, dagu, dan mengapa petinju tampil buruk di ring tapi menang. Anda melihat seorang petarung berdarah karena luka di atas mata dan berpikir: "Dia kalah." Lawan Anda tampak segar dan tenang. Ronde mudah dinilai, bukan?
Tidak secepat itu.
Dalam tinju profesional, juri tidak menilai seberapa parah luka yang terlihat pada seorang petarung. Mereka menilai apa yang menyebabkan efek yang terlihat, dan – yang lebih penting – seberapa efektif pukulan tersebut dalam hal dampak dan kendali ring. Dan inilah bagian yang sulit: tidak semua kerusakan sama, dan tidak semua petarung bereaksi terhadap pukulan dengan cara yang sama.
Beberapa petarung membengkak seperti balon setelah menerima jab. Yang lain menerima pukulan kanan tanpa berkedip sepanjang malam. Kemampuan untuk "menerima pukulan" – atau tidak – seringkali tertanam dalam biologi seorang petarung. Sebut saja "dagu", "daya tahan", atau "ketahanan pukulan". Apa pun sebutannya, hal itu mempersulit cara juri menilai pertandingan.
Baca Juga: Rekor Penjualan PPV Conor McGregor di UFC Tak Tergoyahkan, Reaksi sang Raja Singkat dan Penuh Makna
Luka, Memar, dan Pendarahan
Petarung seperti Arturo Gatti dan Henry Cooper terkenal karena luka sayatnya. Bukan berarti mereka kalah – hanya saja jaringan wajah mereka lebih mudah terluka dan terbelah. Beberapa petarung memar karena pukulan sekilas. Yang lain ditanduk dan terlihat seperti menembus kaca depan. Corner yang baik tahu untuk berbicara dengan wasit dan dokter sebelum pertarungan untuk memastikan para profesional tersebut mengetahui kecenderungan petarung dalam hal luka sayat.
Sebagai juri, Anda belajar untuk mengabaikan darah dan melihat bagaimana darah itu sampai di sana. Apakah itu satu uppercut bersih atau serangkaian jab? Apakah luka sayat akibat pukulan atau benturan kepala yang tidak disengaja? Luka sayat bisa mengakhiri pertarungan dengan TKO, tetapi sampai saat itu, luka itu belum tentu membuat Anda menang ronde.
Rahang Kaca vs. Dagu Granit (dan Tex Cobb).
Lalu ada dagu – faktor legendaris namun misterius dalam sejarah tinju. Beberapa petarung tersentuh dan kaki mereka mengkhianati mereka. Yang lain menyerap bom dan berjalan menembus api. Penggemar menyebut kelompok pertama "berrahang kaca" dan yang kedua "berdagu besi", tetapi ada sains di baliknya.