Tren 1 Anak Makin Populer? Ini Kata Pasangan Muda RI yang Ogah Nambah Anak

1 day ago 6
Jakarta -

Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Kemendukbangga/BKKBN Bonivasius Prasetya Ichtiarto, menyoroti pentingnya pendekatan yang berbeda di setiap daerah, menyikapi tren total fertility rate (TFR) atau jumlah anak rata-rata yang dilahirkan wanita. Meski secara nasional angkanya relatif ideal di 2,1, nyatanya TFR beberapa daerah mengalami tren penurunan.

Contohnya, di Yogyakarta, angka TFR sudah menyentuh 1,6 hingga 1,8. Di wilayah seperti ini, pendekatan keluarga berencana (KB) tidak boleh lagi difokuskan pada pembatasan jumlah anak, melainkan pada peningkatan kualitas dan pengaturan jarak kelahiran.

Sebaliknya, di wilayah seperti NTT, angka TFR masih di atas 2,5 bahkan bisa mencapai 4,5. Di daerah ini, pendekatan KB yang lebih aktif dan menyasar peningkatan kesadaran kontrasepsi masih relevan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masalahnya bukan hanya berapa anak, tapi juga jarak kelahiran yang terlalu pendek dan kesiapan keluarga dalam membesarkan anak. Jadi pendekatannya harus kontekstual," beber Boni di Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (26/7/2025).

Kekhawatiran berikutnya adalah Indonesia ikut mengalami depopulasi seperti yang sudah terjadi di Jepang hingga Korea Selatan. Bila TFR terus menurun, hal semacam itu bisa saja terjadi.

Ia menekankan dalam hal ini, Indonesia harus belajar dari negara-negara yang terlambat menyadari penurunan populasi dan kini menghadapi krisis angkatan kerja dan tekanan fiskal yang berat.

"Kalau kita bisa menjaga TFR tetap di angka 2,1 sambil memastikan kualitas hidup terus naik dan persebaran penduduk merata, maka kita bisa menghindari jebakan depopulasi," lanjutnya.

"Lebih banyak yang di atas ya, lansia, tapi yang di bawah usia anak dan produktif semakin sedikit. Akhirnya menjadi populasi piramida terbalik," katanya.

Dampaknya, beban ekonomi menjadi lebih berat lantaran pekerja produktif semakin sedikit. Bukan tidak mungkin, hal yang terjadi ke depan adalah pencarian tenaga asing tentu meningkat.

Demi menjaga stabilitas TFR di angka 2,11 Boni mengungkapkan perlu dilakukan upaya yang mendukung agar perekonomian para ayah dan ibu itu menjadi baik.

"Supportnya dalam bentuk apa? Pekerjaan yang tidak lagi informal tapi formal, skema penggajian diatur. Jadi, mengarahnya kepada kepastian ekonomi," kata Boni.


Usia Muda Banyak Memilih Punya 1 Anak

Tidak sedikit yang memilih untuk childfree maupun membatasi hanya memiliki satu anak saat sudah menikah. Bukan tanpa sebab, lagi-lagi pemicunya adalah ketidakpastian ekonomi.

Hal ini yang juga dialami Annisa, wanita yang akrab disapa Sasa. Meski baru mengandung anak pertama, ia tak berpikir untuk memiliki anak lagi di kemudian hari.

Ia memutuskan untuk fokus merawat satu anak, karena kebutuhan ekonomi dan biaya sekolah yang dinilai semakin tinggi. "Untuk merawat satu anak sekarang untuk masuk sekolah uang pangkalnya saja minimal banget Rp 30-50 juta, belum keperluan lain," tuturnya, kepada detikcom Senin (28/7/2025).

Sasa merasa keputusannya relatif bijak lantaran menyadari betul kesanggupan dirinya dan pasangan.

Dihubungi terpisah, Citra Astari, pegawai swasta di Sukabumi yang menikah dengan dokter spesialis obgyn, juga merasakan hal yang sama. Menurutnya, beban finansial menjadi tantangan utama dalam membesarkan anak, meskipun bukan menjadi masalah satu-satunya.

Ia dan suami memilih untuk terus fokus membesarkan anak yang kini sudah memasuki usia 7 tahun. "Kami juga merasa hanya punya fokus dan waktu yang cukup untuk satu anak," bebernya.

"Dari segi finansial, mental, dan kesiapan mendampingi, mudah-mudahan hingga hari tua," lanjut dia.

Menyoal hal semacam ini, Boni sebelumnya juga menilai perlu ada dukungan biaya sekolah yang terjangkau serta jaminan kesehatan memadai untuk setiap keluarga. Kemendukbangga/BKKBN juga sudah menghadirkan Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya), yang menjadi program yang layanan pengasuhan anak usia dini yang berkualitas, terutama bagi orangtua yang bekerja.

(naf/up)


Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |