Jakarta -
Melahirkan adalah sebuah proses medis yang sangat krusial. Ada banyak risiko yang bisa terjadi saat melahirkan, salah satunya perdarahan.
Perdarahan sendiri dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Misalnya rahim tidak berkontraksi dengan baik, robekan jalan lahir, dan gangguan pembekuan darah. Jika tidak segera ditangani, perdarahan dapat memicu kegagalan organ hingga kematian.
Kondisi Kritis saat Melahirkan
Selain perdarahan, masih ada banyak faktor yang berisiko mengancam keselamatan ibu selama melahirkan. Berikut beberapa di antaranya:
1. Eklampsia dan Preeklampsia
Eklampsia merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi akibat preeklampsia, gangguan kehamilan yang membuat ibu mengalami tekanan darah tinggi. Eklampsia terjadi ketika wanita dengan preeklampsia mengalami kejang selama kehamilan.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menuturkan preeklampsia merupakan penyebab kematian ibu melahirkan terbanyak di Indonesia. Berdasarkan data Maternal Perinatal Death Notification (MPDN), jumlah kematian ibu tahun 2022 mencapai 4.005. Jumlahnya meningkat menjadi 4.129 pada tahun 2023.
"Penyebab kematian ibu yang terbanyak adalah hipertensi dalam kehamilan, biasa kami sebut dengan preeklamsia dan perdarahan yang sebenarnya ini bisa dicegah," kata Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan, dr Lovely Daisy, MKM, dikutip dari laman resmi Kemenkes.
2. Sepsis
Sepsis adalah reaksi tubuh yang ekstrem terhadap infeksi, sehingga ia menyerang organ dan jaringannya sendiri. Ini dapat memicu kerusakan jaringan, kegagalan organ, hingga kematian.
Sepsis ketika melahirkan biasanya terjadi karena infeksi bakteri parah pada rahim selama kehamilan atau beberapa saat sebelum melahirkan. Ini merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu.
Sepsis maternal umumnya terjadi ketika sayatan operasi caesar, robekan, atau luka lain dari proses persalinan terinfeksi dalam beberapa hari atau pekan setelah melahirkan. Segala bentuk infeksi selama kehamilan atau melahirkan, seperti pneumonia, radang tenggorokan, dan saluran infeksi kemih, bisa memicu sepsis.
3. Amniotic Fluid Embolism
Amniotic fluid embolism (AFE) merupakan komplikasi langka mengancam jiwa yang terjadi ketika cairan ketuban masuk ke dalam aliran darah selama periode melahirkan. Beberapa orang mengalami respons alergi parah ketika cairan ketuban bercampur dengan darah mereka.
AFE dapat menyebabkan gagal jantung, paru-paru, hingga memicu komplikasi berkurangnya darah mengandung oksigen dalam tubuh, dan serangan jantung. Orang dengan AFE juga dapat mengalami perdarahan yang tidak terkendali dari rahim.
Kondisi AFE biasanya muncul secara tiba-tiba dan sulit diprediksi. Sangat sulit untuk mengobatinya dan memerlukan perawatan medis darurat.
4. Uterine Inversion (Rahim Terbalik)
Uterine inversion merupakan komplikasi darurat yang terjadi ketika rahim terbalik sebagian atau seluruhnya. Pada persalinan normal, bayi akan keluar dari rahim melalui vagina. Setelah itu, plasenta juga akan keluar dan rahim tetap dalam bentuk aslinya.
Pada kasus uterine inversion, bagian atas rahim kolaps ke dalam rongga rahim. Rahim bahkan bisa berbalik sepenuhnya dan keluar dari vagina. Ketika ini terjadi, ibu bisa mengalami perdarahan, syok, dan kematian.
Salah satu studi kasus di jurnal Clinical Journal of Obstetrics and Gynecology pada tahun 2021 mengungkapkan seorang wanita hamil berusia 21 tahun di Brasil ditemukan tergeletak di kamar mandi mengalami perdarahan dengan bayi prematurnya sudah keluar.
Setelah dilarikan ke rumah sakit, wanita itu didiagnosis uterine inversion total. Dokter terpaksa harus melakukan operasi setelah rahim gagal dikembalikan ke posisi semula dengan manuver Johnson.
Untungnya, setelah operasi histerektomi, sang ibu bisa diselamatkan. Wanita itu akhirnya pulang dari rumah sakit, enam hari setelah perawatan intensif.
5. Uterine Rupture
Dikutip dari Cleveland Clinic, uterine rupture merupakan komplikasi serius yang terjadi ketika rahim robek atau pecah. Kondisi ini terkadang terjadi pada ibu yang pernah menjalani operasi caesar, lalu mencoba melahirkan normal.
Uterine rupture paling umum terjadi di sepanjang garis bekas luka dari sayatan operasi caesar sebelumnya. Pada persalinan caesar, dokter akan memotong rahim untuk mengeluarkan bayi.
Kondisi ini sangat berbahaya dan dapat memicu perdarahan. Ketika rahim robek, janin tidak lagi terlindungi. Ini membuat detak janin melambat dan tidak mendapatkan oksigen. Tanpa oksigen, bayi berisiko mengalami kerusakan otak dan mati lemas.
(avk/tgm)